Lihat ke Halaman Asli

Marisa Fitri

Mahasiswa

Cerpen: Langkah di Antara Dua Dunia

Diperbarui: 16 Oktober 2024   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pesta cahaya. (Foto: AP PHOTO/DON CAMPBELL via KOMPAS.ID)

Hening menyelimuti perpustakaan tua di sudut kota saat Aditya menemukan sebuah buku lusuh dengan sampul hijau pudar. Buku itu tergeletak di rak paling atas, seolah menunggu untuk ditemukan. 

Judulnya, Jejak Waktu, menarik perhatian Aditya. Di dalamnya terselip sebuah foto: seorang perempuan muda dengan senyum misterius dan tulisan tangan di baliknya: "Untuk Aditya. Temukan aku."

Aditya tertegun. Namanya tercetak jelas di situ. Padahal ia tidak pernah ingat punya hubungan dengan foto ini atau siapa perempuan di dalamnya. Penasaran dan sedikit terguncang, Aditya memutuskan membawa buku itu pulang.

Sejak saat itu, hidupnya berubah. Ia mulai diganggu oleh mimpi-mimpi aneh---tentang tempat yang tidak dikenalnya, dan tentang perempuan dari foto itu. Dalam mimpi, perempuan itu selalu berdiri di jembatan tua, menatap langit dengan ekspresi sedih, seakan menunggunya datang.

Aditya merasa ada pesan tersembunyi di dalam mimpi-mimpi itu, seolah ia dipanggil untuk menyelesaikan sesuatu yang tak pernah ia mulai.

Malam berikutnya, Aditya membuka buku itu dan menemukan sesuatu yang lebih aneh---peta tua yang menggambarkan kota mereka, tetapi dengan beberapa tempat yang tidak lagi ada di masa sekarang. Salah satu lokasi yang ditandai dengan tinta merah adalah Jembatan Serayu---jembatan yang sering muncul dalam mimpi-mimpinya.

Esok harinya, Aditya pergi ke lokasi tersebut. Jembatan Serayu ternyata sudah lama ditutup dan terlupakan. Namun, nalurinya mendorongnya untuk melangkah lebih jauh. Saat ia melintasi jembatan yang rapuh itu, angin dingin berembus, membawa aroma nostalgia yang tak bisa dijelaskan.

Di tengah jembatan, Aditya merasa dunia di sekitarnya berubah. Udara menjadi lebih hangat, dan suara kendaraan dari kejauhan tiba-tiba menghilang. 

Ketika ia menoleh, sekelilingnya telah berubah---ia berada di kota yang sama, tetapi tampak seperti puluhan tahun lebih muda. Jalanan dipenuhi oleh orang-orang dengan pakaian era 80-an, dan suasana terasa asing tapi akrab sekaligus.

Saat kebingungan menyelimuti pikirannya, Aditya mendengar suara lembut di belakangnya. "Kamu akhirnya datang," kata seorang perempuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline