Lihat ke Halaman Asli

Marisa Fitri

Mahasiswi

Diary | Terbelenggu Angan yang Sulit Dicapai

Diperbarui: 7 September 2024   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini aku kembali merenungi jalan hidupku. Rasanya, semakin hari semakin jauh aku dari mimpi-mimpiku. Sudah berapa lama aku berjuang? Bertahun-tahun. Namun, angan-angan itu masih terasa seperti bintang di langit---indah, tetapi tak terjangkau. Aku sering bertanya-tanya, apakah aku kurang berusaha? Atau mungkin mimpi-mimpi itu terlalu besar untukku?

Dulu, aku selalu percaya bahwa dengan kerja keras, apa pun bisa tercapai. Aku membayangkan diriku berada di puncak, tersenyum bangga atas semua perjuangan yang akhirnya berbuah manis. Tapi kenyataannya, jalan yang kutempuh terasa terjal dan penuh rintangan yang tak pernah kuduga.

Terkadang, aku merasa seperti terbelenggu. Bukan oleh orang lain, tetapi oleh angan-anganku sendiri. Harapan yang dulu membara kini terasa lebih seperti beban. Setiap kali aku melihat orang lain berhasil, ada perasaan iri yang tak bisa kuabaikan. Mereka seolah bisa meraih mimpi mereka dengan mudah, sementara aku tertinggal, terjebak dalam lingkaran usaha yang tak kunjung membuahkan hasil.

Apa yang salah? Aku terus bertanya. Apakah mungkin mimpiku terlalu ambisius? Atau mungkin aku yang tidak cukup kuat untuk mengejarnya? Pikiran-pikiran ini sering menghantuiku, membuatku ragu pada diri sendiri.

Namun, di balik semua kebimbangan ini, ada sebagian kecil dari diriku yang belum menyerah. Mungkin itu yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang. Meskipun terasa berat, aku masih percaya bahwa suatu hari nanti aku akan menemukan jalan. Mungkin aku belum tahu bagaimana caranya, tetapi aku tidak mau menyerah.

Aku harus terus berjuang, meski kadang rasanya seperti berlari di tempat.

Ada saat-saat di mana aku merasa begitu lelah, bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental. Setiap hari terasa sama---rutinitas yang tak pernah berubah, kegagalan yang terus mengintai. Hari ini, ketika aku duduk di meja kerjaku, aku merasa betapa beratnya beban ini. Seperti ada sesuatu yang menarikku ke bawah, menenggelamkanku dalam ketidakpastian.

Mungkin aku terlalu banyak bermimpi. Kadang aku berpikir, akan lebih mudah jika aku puas dengan apa yang ada, menerima takdirku. Tetapi bagian dalam diriku yang keras kepala selalu menolak pikiran itu. Aku tahu, dalam hatiku, aku ingin lebih dari sekadar menerima. Aku ingin mencapai apa yang sudah kubayangkan selama ini. Aku ingin merasa bahwa usahaku tidak sia-sia.

Aku ingat saat kecil, guru di sekolah sering berkata, "Kamu bisa menjadi apa saja yang kamu inginkan, selama kamu berusaha keras." Aku percaya sepenuh hati pada kalimat itu. Tapi sekarang, ketika realitas kehidupan menyapaku, rasanya semua itu hanya sebuah mimpi indah. Apakah mungkin harapan masa kecil itu salah?

Terkadang, aku merasa sendirian. Mimpi-mimpi yang kugenggam erat ini terasa seperti beban yang hanya aku yang menanggungnya. Orang-orang di sekitarku tidak selalu mengerti betapa beratnya perjuangan ini. Mereka melihatku sebagai seseorang yang gigih, tetapi di dalam diriku, aku sering merasa rapuh.

Mungkin, yang harus kulakukan sekarang adalah belajar untuk melepaskan sedikit demi sedikit. Bukan menyerah, tetapi mengurangi ekspektasi yang terlalu tinggi. Mungkin, dengan begitu, aku bisa bernapas lebih lega.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline