Lihat ke Halaman Asli

Marisa Fitri

Mahasiswi

Horor: Rumah Mistis di Tepi Hutan

Diperbarui: 1 September 2024   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Rumah tua itu berdiri di ujung desa, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan penduduk lainnya. Terletak di tepi hutan, rumah tersebut sudah lama ditinggalkan, hampir tidak ada yang berani mendekatinya. Kabarnya, rumah itu memiliki cerita kelam yang membuat penduduk desa lebih memilih untuk menjauh.

Namun, bagi Arya, rumah itu menawarkan tantangan. Arya adalah seorang penulis muda yang sedang mencari inspirasi untuk novel barunya. Setelah mendengar cerita tentang rumah tersebut dari seorang penduduk desa, Arya memutuskan untuk menyewa rumah itu selama beberapa bulan. Ia berharap suasana mencekam dan cerita-cerita seram yang melingkupi rumah itu akan memberinya inspirasi yang ia cari.

Hari pertama Arya tiba di rumah itu, langit mendung, dan angin berhembus kencang dari arah hutan. Arya berdiri di depan rumah, menatap jendela-jendela yang tampak kosong dan gelap. Daun-daun kering beterbangan di sekitar rumah, sementara pepohonan di hutan berderak-derak, seolah memberi peringatan pada Arya.

Arya tidak menghiraukan perasaan tidak nyaman yang perlahan mulai merayapi dirinya. Dia menarik napas dalam-dalam, meyakinkan dirinya bahwa semua itu hanya perasaannya saja. Dengan mantap, ia membuka pintu depan rumah yang berderit keras. Aroma debu dan kayu tua segera menyergap hidungnya. Rumah itu gelap dan dingin, hanya ditemani suara angin yang berhembus melalui celah-celah dinding kayu yang sudah lapuk.

Langkah pertama Arya di dalam rumah diiringi oleh suara lantai kayu yang berderit. Dia meraba dinding di samping pintu, mencari saklar lampu. Saat ia menemukannya dan menekan tombol itu, lampu tua di langit-langit berkedip-kedip sebelum akhirnya menyala. Cahaya kekuningan yang redup mengungkapkan ruangan utama rumah itu. Di sana ada sofa tua yang penuh debu, meja kayu yang sudah mulai lapuk, dan beberapa kursi yang sepertinya sudah tidak kuat lagi untuk diduduki.

Arya meletakkan tasnya di atas sofa dan mulai menjelajahi rumah itu. Dia menemukan dapur kecil di sebelah ruang tamu, dengan peralatan dapur yang sudah berkarat dan sebuah lemari kayu yang pintunya hampir copot. Di lantai atas, ada dua kamar tidur yang juga tidak terawat. Salah satu kamar masih memiliki tempat tidur dengan kasur yang sudah usang, sementara kamar yang lain tampak kosong.

Saat Arya membuka jendela di kamar tidurnya, dia bisa melihat hutan lebat yang terbentang luas di belakang rumah. Pohon-pohon besar dengan dedaunan tebal menutupi hampir seluruh pandangan, hanya menyisakan sedikit cahaya yang berhasil menembus ke dalam hutan. Hutan itu tampak sangat sunyi, namun ada sesuatu yang membuat Arya merasa bahwa dia sedang diawasi.

Tiba-tiba, seekor burung gagak terbang melintasi jendela, menjerit keras sebelum menghilang di antara pepohonan. Arya tersentak, tetapi segera menenangkan dirinya. "Ini hanya hutan biasa," gumamnya pada diri sendiri. "Tidak ada yang perlu ditakutkan."

Malam itu, Arya mulai menulis. Dia duduk di meja yang ada di ruang tamu, mengetik dengan laptopnya. Inspirasi mengalir dengan lancar, dan Arya tenggelam dalam cerita yang sedang ia ciptakan. Namun, semakin larut malam, dia mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia merasakan hawa dingin yang tiba-tiba merayap di sekujur tubuhnya, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasinya dari sudut ruangan.

Arya menoleh, namun tidak ada apa-apa. Ruangan itu tampak sama seperti saat pertama kali dia masuk. Namun, perasaan aneh itu tidak hilang. Dia mencoba mengabaikannya dan kembali fokus pada tulisannya, tetapi suara berderit di lantai atas membuatnya terhenti.

Arya menatap langit-langit, mendengarkan dengan seksama. Suara berderit itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas. Sepertinya ada seseorang yang sedang berjalan di lantai atas. Arya mematikan laptopnya dan berdiri perlahan. Dia mengambil senter dari tasnya dan mulai menaiki tangga dengan hati-hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline