Langit sore itu kelabu, memancarkan kesan suram yang menyelimuti Desa Amerta. Angin dingin bertiup kencang, membawa bau tanah basah yang menguar di udara. Di tepi desa, sebuah rumah tua yang sudah lama kosong berdiri kokoh meski dinding-dindingnya mulai lapuk. Tak ada yang berani mendekat ke rumah itu, karena rumor yang beredar menyebutkan bahwa rumah tersebut berhantu.
Namun, sore itu, seorang pria misterius datang ke desa dengan membawa seikat kunci tua. Wajahnya tersembunyi di balik tudung jaket hitam yang dikenakannya. Tanpa banyak bicara, dia langsung menuju rumah tua itu. Penduduk desa yang melihatnya hanya bisa saling berbisik dan memandang heran, bertanya-tanya siapa pria itu dan apa tujuannya.
Pria itu memasukkan salah satu kunci ke dalam gembok besar yang menggantung di pintu rumah tua tersebut. Suara kunci yang berputar terdengar nyaring, menggema di sepanjang jalan desa yang sepi. Pintu tua itu terbuka dengan deritan keras, seolah enggan untuk dibuka setelah sekian lama terkunci.
Di dalam rumah, kegelapan dan keheningan menyambutnya. Pria itu melangkah masuk tanpa ragu, menutup pintu di belakangnya dengan suara pelan yang hampir tidak terdengar.
Di dalam rumah tua itu, pria tersebut berdiri di tengah ruang tamu yang dipenuhi oleh debu dan sarang laba-laba. Matanya mengamati sekeliling, melihat setiap sudut ruangan seolah mencari sesuatu. Dia berhenti di depan sebuah cermin besar yang tergantung di dinding. Cermin itu tampak aneh---meski berdebu, permukaannya memantulkan bayangan pria itu dengan sangat jelas.
Pria itu mendekati cermin dan menyentuh permukaannya dengan tangan gemetar. Seketika, wajahnya berubah pucat, seakan cermin itu memperlihatkan sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain. Tanpa peringatan, bayangan di dalam cermin mulai bergerak sendiri, terpisah dari gerakan pria itu.
Bayangan itu menatap balik pria tersebut dengan tatapan dingin. Suara samar mulai terdengar, seolah berasal dari dalam cermin. "Kamu kembali...," suara itu berbisik.
Pria itu mundur beberapa langkah, jantungnya berdegup kencang. Namun, dia menguatkan diri dan menjawab, "Ya, aku kembali. Untuk menuntaskan apa yang tertinggal."
Bayangan di dalam cermin itu tersenyum tipis, sebuah senyum yang membuat suasana di dalam rumah itu semakin mencekam. "Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, bukan?"
Pria itu mengangguk perlahan. "Aku tahu, dan aku siap melakukannya. Untuk menebus kesalahan masa lalu."
Sementara itu, di luar rumah, seorang gadis desa bernama Sari memperhatikan dari kejauhan. Dia adalah satu-satunya yang merasa penasaran tentang pria misterius itu. Ketika melihatnya masuk ke rumah tua yang terkenal berhantu, Sari merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Mengabaikan rasa takutnya, dia memutuskan untuk mengintip dari jendela.