Lihat ke Halaman Asli

Marisa Fitri

Mahasiswa

Horor | Rumah di Ujung Jalan

Diperbarui: 18 Agustus 2024   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Alya memandang peta yang ada di tangannya, memastikan bahwa dia tidak salah jalan. Setelah beberapa jam berkendara melewati hutan lebat, akhirnya dia menemukan jalan setapak yang kecil dan tersembunyi di antara pepohonan. "Ini dia," gumamnya pelan, merasa lega karena akhirnya dia sampai di tujuan.

Rumah tua itu berdiri di ujung jalan, seolah-olah menunggu kedatangannya. Dindingnya yang terbuat dari kayu sudah mulai lapuk, catnya mengelupas, dan jendelanya tertutup rapat dengan tirai yang sudah kusam. Alya merasakan bulu kuduknya meremang, namun dia mencoba untuk tidak memikirkannya. Dia sudah jauh-jauh datang ke sini, dan tidak mungkin dia mundur sekarang.

Alya mendapatkan rumah ini dari surat warisan seorang paman yang bahkan tak pernah ia temui. Paman itu meninggal secara misterius beberapa bulan yang lalu, meninggalkan rumah ini sebagai satu-satunya harta yang diwariskan kepadanya. Meski rumah itu tampak menyeramkan, Alya memutuskan untuk melihat-lihat sebelum memutuskan apa yang akan dia lakukan dengannya.

Ketika pintu berderit terbuka, udara dingin menyambutnya. Aroma debu dan kayu tua memenuhi hidungnya, membuatnya sedikit mual. Namun, ada sesuatu yang lebih aneh---bau busuk yang samar, seperti daging yang sudah membusuk. Alya menyalakan senter dan masuk ke dalam rumah.

Ruang tamu dipenuhi perabotan tua yang ditutupi debu tebal. Sebuah kursi goyang berada di sudut ruangan, seolah menunggu seseorang untuk duduk di atasnya. Alya merasakan hawa yang aneh di dalam rumah itu, seperti ada yang mengawasinya. Dia menggelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran itu.

Namun, langkah kakinya berhenti ketika dia melihat sebuah foto yang tergantung di dinding. Foto itu memperlihatkan seorang pria tua yang tersenyum tipis, namun matanya tampak kosong, seperti tidak memancarkan kehidupan. Di sebelah pria itu, berdiri seorang wanita yang juga tampak aneh---senyumnya terlalu lebar, seolah dipaksa, dan mata mereka berdua tampak seperti memancarkan sesuatu yang jahat.

Alya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya dan melanjutkan penjelajahannya ke ruangan berikutnya. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan tidak nyaman yang terus mengikutinya, seperti bayangan yang tidak bisa dia hilangkan.

Malam itu, Alya memutuskan untuk bermalam di rumah tersebut. Dia berpikir bahwa mungkin perasaannya yang aneh tadi hanyalah hasil dari kelelahan setelah perjalanan panjang. Dia menyiapkan kamar tidur yang tampaknya paling bersih, meski bau busuk masih tercium samar dari sudut-sudut rumah.

Setelah berbaring di tempat tidur, Alya mencoba memejamkan mata. Namun, suara-suara aneh mulai terdengar dari seluruh penjuru rumah. Derit kayu, gemerisik seperti langkah kaki, dan suara aneh seperti bisikan memenuhi telinganya. Alya membuka matanya dan menyalakan senter. Tidak ada apa-apa di sekitarnya, namun suara-suara itu tidak hilang.

Alya mencoba menenangkan dirinya. "Ini hanya imajinasi," gumamnya. Namun, tiba-tiba, senter di tangannya mati. Gelap total menyelimuti kamar, dan perasaan panik mulai merayapi dirinya. Dia mendengar sesuatu, langkah kaki yang semakin mendekat.

"Aku tidak sendirian di sini," pikir Alya dengan ngeri. Namun sebelum dia bisa berbuat apa-apa, pintu kamarnya terbuka perlahan, dan di ambang pintu, berdiri sosok yang tinggi dan kurus dengan mata yang bersinar di dalam kegelapan.

Sumbawa, 18 Agustus 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline