Lihat ke Halaman Asli

Marisa Fitri

Mahasiswa

Cerpen: Bayangan Semu

Diperbarui: 2 Agustus 2024   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinta baru saja pindah ke rumah baru di sebuah kota kecil. Rumah itu berdesain klasik, dengan halaman luas dan pohon-pohon tua yang rindang. Meskipun rumah tersebut terlihat indah, Sinta merasa ada sesuatu yang aneh setiap kali ia melihat ke jendela di lantai atas. Seolah-olah ada bayangan yang mengintip keluar.

Malam pertama di rumah baru, Sinta terbangun oleh suara berderit di lantai atas. Dengan hati-hati, ia mengambil senter dan naik ke atas. Di ujung koridor, ia melihat pintu sebuah kamar sedikit terbuka. Cahaya remang-remang dari bulan menembus jendela, menciptakan bayangan aneh di dinding.

Sinta memasuki kamar tersebut dan melihat sebuah kursi goyang yang menghadap ke jendela. Di kursi itu ada boneka tua dengan mata kaca yang seolah menatap langsung ke arahnya. Merasa merinding, Sinta segera menutup pintu dan kembali ke kamarnya.

Keesokan harinya, Sinta menceritakan pengalamannya kepada tetangganya, Bu Mira. Bu Mira tampak terkejut dan berkata, "Rumah itu dulu milik keluarga besar, tapi mereka semua pindah setelah anak bungsu mereka hilang secara misterius. Mereka mengatakan anak itu sering bermain dengan boneka di kamar atas."

Malam berikutnya, rasa penasaran Sinta semakin kuat. Ia memutuskan untuk kembali ke kamar itu. Saat ia membuka pintu, ia melihat bayangan seorang anak kecil duduk di kursi goyang, memegang boneka tua. Anak itu berbalik dan menatap Sinta dengan mata penuh kesedihan.

"Tolong aku menemukan keluargaku," kata anak itu dengan suara lirih.

Sinta merasa simpati dan memutuskan untuk membantu. Ia mencari tahu tentang keluarga yang pernah tinggal di rumah itu. Dengan bantuan dokumen lama dan cerita dari para tetangga, ia menemukan alamat baru keluarga tersebut. Sinta menulis surat kepada mereka, menceritakan tentang pengalaman yang ia alami.

Beberapa minggu kemudian, Sinta menerima balasan. Keluarga itu sangat berterima kasih dan memutuskan untuk datang kembali ke rumah lama mereka. Saat mereka tiba, bayangan anak kecil itu muncul kembali di kursi goyang. Keluarga itu menangis haru, mengingat anak mereka yang hilang.

Dengan upacara sederhana, keluarga itu memberikan penghormatan terakhir untuk anak mereka. Setelah itu, bayangan anak kecil itu menghilang, dan suasana rumah menjadi lebih tenang dan damai.

Sinta merasa lega telah membantu menyatukan keluarga yang terpisah. Meski awalnya merasa takut, ia menyadari bahwa terkadang, hal-hal yang tampak menakutkan hanyalah jiwa-jiwa yang mencari kedamaian.

Sumbawa, 2 Agustus 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline