Lihat ke Halaman Asli

Marisa Fitri

Mahasiswa

Cerpen: Sedikit Kecewa

Diperbarui: 19 Juli 2024   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit sore itu berwarna jingga yang indah, semburat di ufuk barat bagaikan lukisan sang maestro. Angin sepoi-sepoi bertiup menerpa wajah Rara, membawa aroma harum bunga kamboja dari taman kecil di depan rumahnya. Namun, Rara tak menikmatinya. Perasaannya sedikit gundah, dibalut rasa kecewa tipis.

Hari ini, Rara seharusnya mengikuti lomba melukis tingkat nasional. Sudah berbulan-bulan dia berlatih dengan tekun, menuangkan seluruh imajinasinya ke atas kanvas. Dia yakin dengan karyanya, dan berharap bisa meraih juara.

Namun, pagi tadi saat pengumuman peserta, nama Rara tidak ada dalam daftar finalis. Hatinya seperti terjatuh, dikecewaan yang tak terkira. Dia berusaha tegar, namun air mata tak bisa dibendung.

Rara berjalan ke taman, duduk di bangku kayu favoritnya di bawah pohon rindang. Dia menatap langit jingga, merenungkan apa yang terjadi. Apakah usahanya sia-sia? Apakah mimpinya untuk menjadi pelukis terkenal harus pupus?

Tiba-tiba, Rara melihat seorang kakek tua duduk di bangku tak jauh darinya. Kakek itu tersenyum ramah saat melihat Rara yang tampak sedih.

"Sedih ya, Nak?" tanya kakek itu dengan suara lembut.

Rara mengangguk pelan. Dia menceritakan tentang kekecewaannya tidak lolos ke final lomba melukis.

Kakek itu mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk. Setelah Rara selesai cerita, kakek itu berkata, "Kecewa itu wajar, Nak. Tapi jangan biarkan kekecewaan itu mengalahkanmu. Teruslah berlatih, asah kemampuanmu, dan jangan pernah menyerah pada mimpimu."

Kata-kata kakek itu seperti air sejuk yang menyiram hati Rara. Dia merasa sedikit lebih tenang dan termotivasi. Dia tersenyum kepada kakek itu dan berkata, "Terima kasih, Kek. Saya akan terus berusaha."

Kakek itu tersenyum lebar dan berkata, "Ingatlah, Nak, kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan. Teruslah melangkah, dan suatu saat nanti kamu akan mencapai mimpimu."

Rara bangkit dari duduknya dan merasa lebih tegar. Dia yakin bahwa dia bisa meraih mimpinya menjadi pelukis terkenal. Dia mengucapkan salam kepada kakek itu dan kembali ke rumah dengan langkah yang lebih ringan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline