Dalam pertandingan playoff kualifikasi Olimpiade antara Indonesia U23 melawan Guinea U23 ada momen di mana Guinea kembali mendapatkan penalti di babak kedua, usai sebelumnya juga mendapatkan penalti di babak pertama.
Alfeandra Dewangga dianggap melakukan pelanggaran oleh wasit ketika sedang menghalau bola di dalam kotak penalti karena salah seorang pemain Guinea terjatuh.
Merasa melakukan tackle bersih dan tidak mengenai kaki pemain Guinea, Dewangga dan para pemain melakukan protes kepada wasit, begitu pula pelatih Indonesia U23 Shin Taeyong.
Shin Taeyong bahkan melakukan protes keras kepada wasit dengan mimik muka marah yang kemudian berujung pada kartu kuning. Karena Shin Taeyong masih melakukan protes wasit kemudian memberikanya kartu merah.
Usai mendapatkan kartu merah, Shin Taeyong tidak langsung meninggalkan lapangan, ia terus meluapkan kekesalannya. Ia nampak sangat marah dan tidak terima dengan keputusan wasit.
Begitu juga para pemain Indonesia, mereka melakukan protes dengan berkumpul di pinggir lapangan seperti enggan untuk kembali melanjutkan pertandingan karena merasa wasit telah merugikan mereka.
Dalam tayangan ulang memang jelas bahwa kaki Dewangga mengenai bola dan tidak mengenai kaki pemain Guinea, namun sayang di laga penting dan menentukan tersebut tidak ada VAR, sehingga keputusan wasit tidak bisa diubah.
Tidak hanya di momen Dewangga, di babak pertama wasit juga memberikan hadiah penalti kepada Guinea, padahal sentuhan yang dilakukan Witan yang menyebabkan pemain Guinea terjatuh terjadi di luar kotak penalti.
Inilah yang membuat Shin Taeyong murka ketika wasit kembali memberikan penalti "goib" kepada Guinea.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Shin Taeyong mau meninggalkan lapangan, dan pertandingan dilanjutkan.
Apa yang dilakukan Shin Taeyong (tidak mau segera meninggalkan lapangan) rupanya membuat Guinea kehilangan momentum. Pemain Guinea gagal mengeksekusi penalti sehingga skor tetap 1-0 untuk keunggulan Guinea.
Sayangnya Timnas Indonesia tidak mampu menyamakan kedudukan di sisa waktu pertandingan dan gagal lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Protes terhadap keputusan wasit yang dilakukan Shin Taeyong tidak hanya terjadi pada pertandingan semalam. Shin Taeyong terlihat sering melakukannya ketika ada keputusan wasit yang ia anggap tidak benar dan merugikan Timnas Indonesia.
Ia bahkan sering mendapatkan peringatan dan kartu kuning dari wasit karena protes keras yang ia lakukan.
Shin Taeyong begitu emosional ketika Timnas Indonesia dirugikan oleh keputusan wasit. Ia maju paling depan untuk meminta keadilan dan membela para pemainnya.
Meski apa yang dilakukan Shin Taeyong tidak sepenuhnya benar dan berisiko mendapatkan kartu kuning bahkan kartu merah. Namun hal tersebut merupakan bentuk rasa cinta Shin Taeyong kepada anak asuhnya dan Timnas Indonesia.
Shin Taeyong memiliki kesabaran tingkat tinggi dalam menangani Timnas Indonesia yang di awal kedatangannya kondisinya sangat memprihatinkan.
Jika tidak memiliki kesabaran, dirinya pasti sudah meninggalkan Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Namun ia memilih bertahan, dan akhirnya pelan tapi pasti ia mampu mengangkat level Timnas Indonesia.
Akan tetapi di dalam pertandingan, ketika melihat ketidakadilan, ketika timnya didzolimi dan dirugikan oleh wasit, kesabarannya menipis, kemarahannya meledak.
Dan kemarahan kepada seseorang yang telah melukai apa yang menjadi miliknya merupakan salah satu bentuk cinta kepada sesuatu yang menjadi miliknya tersebut.
Panjang umur Shin Taeyong, tetap semangat menjadi pelatih Timnas Indonesia, semoga beruntung di pertandingan berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H