Keluarga merupakan suatu organisasi masyarakat yang terkecil, yang hanya terdiri atas anak-anak, dan orang tua sebagai inti dari keluarga tersebut. Hal ini adalah suatu konsensus yang disepakati oleh masyarakat pada umumnya.
Orang tua, sebagai inti, juga dibagi menjadi dua peran yang didalami oleh dua individu yang berbeda, yaitu ayah, dan ibu. Ibu adalah suatu individu dengan karakter tegas sekaligus lembut, memiliki peran yang krusial dalam suatu keluarga, dengan melahirkan, keluarga tersebut menjadi organisasi masyarakat yang melengkapi bagannya.
Ibu, dengan karakternya, sering menjadi orang yang dihormati dalam suatu keluarga, karena dengan sisi lembutnya, ia mendidik, merawat, dan menjadikan keluarga penuh kasih sayang dan cinta kasih.
Ayah adalah figur keras yang anak-anak benci. Sering juga ayah menimbulkan banyak kasus broken home, yang disebabkan oleh Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang memiliki mayoritas pelaku ayah dari keluarga tersebut.
Tetapi dibalik kekerasan tersebut, ada suatu arti. Arti yang tidak disadari oleh anak-anaknya sampai dewasa, bahkan tidak pernah disadari artinya. Arti, dari amarah seorang ayah, arti, dibalik amarah yang kita kira hanyalah bentakan semata tanpa arti. Bentakan yang kita kira tong kosong yang nyaring bunyinya, hanya karena orang tua kita adalah individu yang mungkin memiliki pendidikan lebih kecil dari kita.
Setiap karakter dibilang memberi sebuah cerita, dimana karakter orang-orang berbeda-beda. Sehingga, karakter orang menceritakan cerita yang berbeda. Cerita tentang latar belakang individu tersebut, cerita apa yang sedang individu tersebut alami, bahkan cerita dimana individu tersebut lakukan kesehariannya.
Dan karakter tersebut terlihat, di balik amarah seorang ayah.
Karakter dari seorang bapak adalah karakter yang umum, yakni karakter yang keras, memicu anaknya agar menjadi individu yang lebih baik dari orang tuanya. Sehingga terbentuk perkataan bahwa “Orang tua ingin anaknya menjadi lebih pintar dari dirinya sendiri”. Dan tujuan ini seringkali diterapkan, dalam kasus sosok seorang ayah, dengan cara kekerasan.
Kekerasan tersebut me-manage sebuah keseimbangan, antara kasih sayang, dan ketegasan. Karena jika terlalu sayang, akan terjadi suatu kasus yang marak di masyarakat kita sekarang, yaitu kasus LGBT(Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender), yang secara agama kita lihat salah.
Jika terjadi terlalu banyak kekerasan, maka akan terjadi suatu hal yang disebut broken home. Dimana keseimbangan dalam neraca keluarga terlalu condong ke sisi ketegasan. Dan membuat situasi keluarga yang berantakan.
Karakter tersebut akan tercatat dalam permanent record anak. Sesuatu yang terlihat, dalam seluruh hidupnya, dan tidak dapat disembunyikan, meski dengan upaya yang sangat kuat.