Lihat ke Halaman Asli

Putra Mario

Bukan Siapa-siapa

Taat Pada Kehendak Allah

Diperbarui: 12 Desember 2024   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Jumat, 13 Desember 2024

Peringatan St. Lusia

Yes 48:17-19; Mat 11:16-19

Hari ini, kita memperingati St. Lusia. Dia adalah seorang martir. Kisah kemartirannya memang sungguh menyedihkan. Tetapi di balik itu, terdapat kisah heroik dari St. Lusia ini dalam mempertahankan imannya.

St. Lusia adalah seorang anak piatu. Ketika beranjak remaja, ibunya menjodohkannya dengan seorang pemuda bernama Paschasius. Tetapi usaha perjodohan itu ditolak oleh Lusia. Lusia justru berteguh hati untuk hidup sebagai perawan demi Kristus. Di satu sisi, ibunya memperoleh mukjizat kesembuhan. Dengan peristiwa itu, ibunya setuju dengan pilihan hidup yang diambil oleh Lusia.

Cinta ditolak, dukun bertindak. Itulah yang dilakukan oleh Paschasius. Karena tidak bisa menjalin hubungan dengan Lusia, Paschasius melaporkan bahwa Lusia adalah seorang Kristen. Lusia pun harus membela imannya akan Yesus dengan cara menumpahkan darah akibat dari perbuatan Paschasius yang melaporkan Lusia sebagai seorang Kristen. Lusia kemudian dibunuh dengan amat kejam.

Kisah hidup St. Lusia adalah gambaran seorang yang teguh pada pendirian. Dia taat pada intuisi rohaninya untuk mengikuti Yesus secara radikal sebagai perawan. Hal ini tentu saja berbeda dengan yang dikisahkan dalam Injil.

Dalam bacaan Injil, Yesus menggambarkan generasi pada zamannya dengan perumpamaan yang mencerminkan sikap hati manusia terhadap kehendak Allah. Yesus berbicara tentang orang-orang yang sulit menerima apa pun yang Allah kerjakan, baik melalui Yohanes Pembaptis maupun melalui Yesus sendiri.

Orang-orang zaman Yesus adalah generasi yang bersikap rewel dan tidak puas dengan yang dilakukan Allah. Yohanes Pembaptis datang dengan gaya hidup yang keras, menyerukan pertobatan, tetapi mereka mengatakan bahwa dia kerasukan setan. Sebaliknya, Yesus datang dengan pendekatan yang penuh kasih dan bergaul dengan orang miskin, tetapi mereka menyebut-Nya pelahap dan peminum. Ini sikap yang "plin-plan".

Kisah yang diangkat oleh Yesus menggambarkan bahwa kehendak Allah sering tidak sejalan dengan kehendak manusia. Terkadang Allah berbicara melalui jalan yang tidak biasa, baik itu melalui teguran keras seperti Yohanes Pembaptis atau melalui kasih dan pengampunan seperti Yesus. Namun, penerimaan kita terhadap kehendak-Nya seharusnya tidak didasarkan pada preferensi kita, melainkan pada kerendahan hati untuk percaya bahwa rencana-Nya selalu yang terbaik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline