Real Madrid benar-benar terpuruk pasca kepergian seorang Cristiano Ronaldo. Kepergiannya ke Juventus benar-benar menunjukkan bahwa Real Madrid sungguh bergantung pada Ronaldo, terkhusus pada kemampuannya sebagai pencetak gol.
Namun, hal itu ternyata tidak berlangsung lama. Perubahan dalam skuad Real Madrid memang tidak banyak berubah. Toh wajah baru yang datang adalah orang muda yang masih sangat belia seperti Vinicius Junior dan Rodrygo Goes. Perubahan yang paling kentara adalah titik pusat perhatian.
Jika saat Real Madrid masih dihuni oleh Ronaldo dan titik pusat perhatian adalah ke arah Ronaldo, maka sejak kepergiannya, pusat perhatian itu berpindah. Semuanya kini melihat sosok seorang Karim Benzema. Mantan tandem Ronaldo ini kini telah berevolusi menjadi mesin gol dan pemimpin Real Madrid.
Diakuinya sendiri bahwa sejak bermain bersama Ronaldo, identitas itu tidak benar-benar muncul sebab peran Benzema lebih kepada si pembuka ruang dan berperan sebagai salah satu pemberi assist kepada Ronaldo. Diakuinya sendiri pula bahwa kemungkinan untuk mencetak gol dari seorang Ronaldo lebih besar ketimbang dirinya. Inilah yang membuat publik kurang meminati sosok Benzema di lapangan hijau.
Karim Benzema adalah salah satu sosok striker murni di klub papan atas Eropa. Nama lain yang dilihat sebagai striker murni adalah Robert Lewandowski. Namun, Benzema memiliki keunikan tersendiri sebagai seorang pemain di posisi nomor 9, yakni pada pergerakannya.
Pergerakan seorang Benzema memang tidak seperti kebanyakan striker pada umumnya. Benzema bukan tipe striker pemalas yang hanya menunggu bola dari para pemain di belakangnnya. Benzema sangat rajin mencari dan mengejar bola. Bahkan, dia berani untuk menjelajah seluruh sisi lapangan hanya untuk mencari bola, termasuk hingga ke daerah pertahanan sendiri.
Pergerakan menjelajah seluruh lapangan tentu membutuhkan stamina ekstra. Dan, seorang Benzema mampu menjawab itu. Benzema tanpa ragu, tanpa lelah, dan tanpa mengeluh untuk mencari dan menemukan bola.
Pergerakan tanpa bola dengan ditopang tenaga yang stabil itulah yang sudah memakan tiga korban: Loris Karius (Liverpool), Gianluigi Donnaruma (Paris Saint-Germain), dan Eduardo Mendy (Chelsea). Dua di antara tiga penjaga gawang ini adalah kiper terbaik dunia 2021 versi IFFHS yang jatuh ke tangan Donnaruma dan kiper terbaik FIFA 2021 yang jatuh ke tangan Mendy.
Akan tetapi, penghargaan prestisius itu seakan tidak ada artinya dihadapan pergerakan tanpa bola dari Benzema. Pergerakan tanpa bola dari Benzema itu mengganggu para kiper terbaik ini. Keterusan diganggu berujung situasi batin dan pikiran yang tidak lagi konsentrasi dengan permainan. Dalam arti, Benzema seperti arwah bergentayangan yang terus mengganggu, mengganggu dan mengganggu konsentrasi para penjaga gawang.