Spanyol mengawali langkah di Euro 2020 dengan agak berat.
Pertama, ketika sang entrenador, Luis Enrique, menetapkan para pemain untuk berlaga di pentas Eropa, dia tidak memanggil satupun para pemain Real Madrid. Enrique lantas disebut anti-Real Madrid. Tentu ini sangat mengganggu konsentrasi tim nasional Spanyol yang hendak berlaga.
Kedua, yang tidak kalah mengganggu adalah beberapa pemain yang ter-suspect covid-19. Padahal, saat itu, Euro akan segera dimulai. Rencana yang telah dibangun terpaksa dirombak. Enrique pun langsung bergerak cepat memanggil beberapa pemain sebagai alternatif.
Ketiga, laga perdana La Furia Roja di Euro 2020 kurang memuaskan. Pertandingan yang diadakan di Sevilla itu harus berakhir dengan skor kacamata, 0-0. Kedua tim berbagi angka 1-1 untuk poin di klasemen sementara grup E.
Soal Ball Position Spanyol
Timnas Spanyol terkenal dengan permainan tiki-taka. Permainan jenis ini mengutamakan penguasaan bola, sembari mencari ruang eksploitasi di daerah pertahanan lawan.
Pada pertandingan melawan Swedia, sebagaimana dilansir whoscored.com, Spanyol mencatat ball position terbanyak di dunia, yakni 85,1% : 14,9%. Ball position yang fantastis! Belum lagi shots 17 : 4, passes 917 : 162, dan touches 1062 : 318.
Namun, apakah ini tujuan penguasaan bola dari Spanyol? Untuk sekadar angka untuk data dan statistic pasca pertandingan?
Guardiola, mantan manajer Barcelona yang memberikan efek besar pada tiki-taka, menuturkan bahwa dia membenci tiki-taka jika pemain hanya sekadar menguasai bola. Baginya, tujuan dari penguasaan itu adalah memancing pemain ke sisi lain dan secepat mungkin memberikan bola kepada rekan setim yang berada di posisi lemah dari wilayah permainan lawan (Kompas.com).
Inilah yang hilang dari permainan Spanyol selama ini. Alih-alih ingin menguasai bola selama mungkin, para pemain Spanyol justru terlalu lama menguasai bolanya. Bola mengalir dari kaki ke kaki tanpa jelas. Entah mau dibawa ke mana. Kalaupun bola sampai ke pertahanan lawan, penyelesaian akhir sangat minim.