Saat media dan informasi melampaui keberadaannya, opini-opini menjadi pucuk senjata baru yang mematikan. Manusia banyak digiring oleh opini sesat dan menyesatkan, kebenaran diputarbalikan dan dituduh yang berbuat salah itu benar. Aksi-aksi kemanusiaan dipandang kebinatangan dan serangan-serangan roket bertubi-tubi yang membunuh ratusan jiwa dianggap kewajaran. Palestina menjadi titik perhatian manusia dunia akhir-akhir ini, diberitakan mengalami konfik kemanusiaan yang kembali terulang, dengan Israel sebagai rival abadi. Disini banyak media yang mengutip opini kemanusiaan dengan tuduhan penyerangan lebih dahulu dengan kambing hitam Hamas dan membenarkan gerakan membela diri dengan menyerang balik penduduk sipil akibat Hamas berada di dalamnya. Israel memang baik, baik membela diri dengan alasan yang jitu sekali lagi meminta belas kebenaran warga dunia untuk tahu alasannya memerangi Palestina. #Melawanlupa seharusnya hanstag ini yang ditaruh di banyak media sosial sebagai bentuk ingatan kita kepada Palestina, negeri yang masih dijajah hingga saat ini. Saat dengung-dengung demokrasi banyak terdengar, tak ada lagi kolonial dan diberikannya konsensus-konsensus pendirian sebuah Negara tanpa todongan senjata, Palestina masih di bawah bayang-bayang penjajahan dan kolonial bergaya baru, Israel.
Terlalu naïf dan hampir mendekati bodoh orang-orang yang mengatakan Palestina diserang Israel akibat Hamas menyerang Israel lebih dahulu, ketahuilah wahai para manusia yang budiman. Hamas adalah organisasi Pembebasan rakyat Palestina yang berisi di dalamnya para pejuang-pejuang Palestina yang ingin membebaskan tanah airnya dari penjajah Israel yang mencaplok Palestina pada tahun 1948 akibat perjanjian Sykes-Picot antara Inggris dan Prancis yang mengkhianati sekutunya Arab Saudi. Sebenarnya Palestina akan diserahkan kepada Arab Saudi sebagai sekutu Inggris dan Prancis dalam PD II menghadapi Jerman yang kala itu bersekutu dengan Kekhalifahan Utsmani. Saat Kekhalifahan runtuh dan otomatis membelah Asia Tengah sebagai cakupan wilayah Kekhalifahan Turki Utsmani dahulu, maka Kerajaan Inggris dan Prancis serta Rusia mengadakan perjanjian terselubung yang menyalahi perjanjian antara Inggris dengan Arab Saudi yang dikenal dengan korespondensi McMahon, di dalamnya berisi tentang Inggris akan memberikan kerajaan kepada Arab saudi yang meliputi semenanjung Arabia hingga ke Suriah dan Irak bekas wilayah kekhalifahan Turki Utsmani terdahulu dan termasuk di dalamnya Palestina.
Sejak Intifadhah I tahun 1988, masyarakat Palestina telah melakukan banyak pemberontakan kepada Israel agar kemerdekaannya tanah airnya dikembalikan dan menolak keras mandat PBB yang membagi antara tanah Arab dan tanah Yahudi, padahal jika harus mendirikan sebuah Negara di wilayah sebuah Negara harus menyertakan masyarakat sipil melalui konsesus oleh masyarakat setempat apakah menginginkan untuk didirikan Negara atau tidak bukan melakukan invasi dengan imigrasi besar-besaran ke tanah Palestina. Selain itu pemutusan sepihak ini menyebabkan ketidakadilan yang berpengaruh pada kemerdekaan dan perdamaian. Intervensi pihak barat terlalu dalam dan itu bentuk penjajahan yang nyata. Palestina itu ibarat Indonesia dahulu yang pada Tahun 1947 terjadi agresi Militer I oleh Belanda setahun kemudian Negara Israel yang cacat berdiri di wilayah Palestina yang merupakan wilayah jajahan Inggris ketika itu, Indonesia mendapat kemerdekaannya untuk kedua kali juga karena dukungan Palestina yang mengecam agresi militer yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 oleh Belanda. Sama-sama berada di dalam wilayah jajahan sayangnya Palestina dipecundangi dan kerajaan Arab dikhianati. Penjajah membagi-bagikan wilayah hanya kepada mereka yang berjenis “sama”.
Indonesia pun dalam siaran resminya di RRI, menentang saran Komisi Internasional PBB untuk membagi penduduk Palestina antara penduduk asli Arab dan pendatang Yahudi. Bahkan RRI menyiarkan kecaman pendirian Komisi Internasional PBB itu sendiri. Pembentukan komisi ini tidak berpedoman pada kenyataan di Palestina, juga tidak menghiraukan keadilan dan kebenaran. Persoalan Palestina pada dasarnya persoalan kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan. Palestina harus mendapatkan keadilan, mencapai kemerdekaan penuh dan memperoleh hak-haknya. Maka demi mendukung kemerdekaan Palestina, tokoh Proklamtor bangsa Indnesia berkata: "Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel”. Ini terbukti bahwa di bumi Palestina sana, imprealisme masih ada dan bahkan membunuh anak-anak kecil serta wanita. Konflik yang sudah komplikasi, atas kemerdekaan, keagamaan dan kemanusiaan yang direnggut dan dihancurkan bertubi-tubi. Menolak melawan lupa, kali ini penyerangan di jalur Gaza pun masih tetap berkaitan dengan penjajahan Israel dan kemerdekaan Indonesia. Jangan diputarbalikkan bahwa Israel itu adalah jinak-jinak anjing yang jika tidak diganggu tidak mengganggu, mereka pura-pura lupa selama ini berada di tanah milik bangsa orang yang dahulu mereka buang dan mereka tinggalkan. Sesaat setelah PD berakhir berduyun-duyun mereka dengan memanfaatkan isu holocaust meminta belas kasihan dunia untuk merebut paksa tanah dan kemerdekaan yang dari dahulu kala dijaga dan dirawat oleh Palestina.
Ibarat Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaannya yang dahulu telah terproklamirkan kemudian ingin diambil kembali oleh Belanda dengan menunggangi sekutu, sama liciknya Israel yang berada dibalik jajahan Britania Raya yang itu pun mengkhianati kerajaan Arab Para pejuang Hamas yang disebut sebagai Harakah Muqowwamatul Islam adalah pejuang-pejuang tanah air Palestina seperti pasukan Jendral Soedirman dan Bung Tomo yang mengangkat bambu runcing dan senjata menyerang para penjajah yang ingin merebut tanah air dan kembali menjajah. Bergejolaknya Indonesia saat agresi militer seperti itulah Palestina saat bergejolak melawan penjajah Israel yang sejengkal demi sejengkal mengambil tanah kemerdekaan Palestina. Penjajah-penjajah, para imprealis, harus ditumpas dari muka bumi ini Mengambil hak-hak suatu bangsa dengan peluru dan senjata, merampas tanah dan kemerdekaan dengan menumpahkan darah dan memakan banyak yang bergelimpangan. Maka tidak adil sekiranya melihat persoalan penjajahan ini dengan perspektif sederhana hanya karena mempertahankan diri. #Melawanlupa apa yang dilakukan Israel dan bagaimana pendiriran negaranya. Jika seandainya itu Indonesia, akan Nampak siapa yang pengkhianat terhadap kebenaran dan siapa yang pejuang terhadap kemerdekaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI