Ambisi yang Tak Berujung
Ketika Dunia Menjadi Tujuan Utama
Dunia ini ibarat bayangan, jika kau berusaha mengejarnya, ia akan menjauh. Namun jika kau membelakangi dan berjalan menuju tujuan sejati, ia akan mengikutimu
Di era modern yang penuh dengan hiruk-pikuk kehidupan, manusia berlomba-lomba mengejar kesuksesan. Dari pagi hingga malam, waktu dihabiskan untuk bekerja, mengumpulkan kekayaan, dan memenuhi berbagai ambisi pribadi. Masyarakat seakan terjebak dalam pusaran kehidupan yang tak ada habisnya, mengejar sesuatu yang tampak berharga, namun pada akhirnya bersifat sementara.
Kita sering melihat bagaimana orang-orang rela mengorbankan kesehatan, waktu bersama keluarga, bahkan nilai-nilai moral demi mencapai kesuksesan duniawi. Tidak jarang, dalam upaya tersebut, mereka melupakan hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Mereka terus berlari mengejar impian, tanpa menyadari bahwa waktu mereka di dunia ini terbatas.
Kemajuan teknologi semakin mempercepat ritme kehidupan. Media sosial dipenuhi dengan pencapaian orang lain, memicu perasaan iri dan ambisi yang lebih besar. Setiap orang berlomba-lomba menampilkan kehidupan sempurna, tanpa menyadari bahwa di balik layar, ada harga mahal yang harus dibayar.
Namun, apakah kita benar-benar tahu apa yang kita kejar? Apakah semua pencapaian itu benar-benar membawa kebahagiaan sejati, atau justru membuat kita semakin terjebak dalam ilusi? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi refleksi mendalam bagi kita semua, yang hidup di tengah masyarakat yang semakin materialistis.
Kisah klasik tentang seorang lelaki yang mengejar rusa di dalam hutan, namun justru dimangsa oleh singa, adalah cerminan nyata dari kehidupan manusia. Mari kita telaah lebih dalam makna dari kisah ini dalam konteks kehidupan masa kini.
Di sebuah kota besar, ada seorang pria bernama Arman. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses. Ia bekerja keras, siang dan malam, untuk membangun bisnisnya. Baginya, kekayaan dan status sosial adalah tujuan utama. Setiap hari, ia mengejar proyek baru, klien baru, dan keuntungan yang lebih besar.
Namun, di balik kesuksesannya, Arman semakin kehilangan banyak hal berharga. Ia jarang bertemu keluarganya, melewatkan momen berharga bersama anak-anaknya, dan kesehatannya mulai memburuk akibat tekanan pekerjaan. Ia tak menyadari bahwa dalam setiap langkahnya, ada sesuatu yang terus mengintainya: waktu yang semakin berkurang.
Suatu hari, Arman mengalami serangan jantung di tengah rapat penting. Ia dilarikan ke rumah sakit dan harus menjalani perawatan intensif. Di saat itu, ia baru menyadari bahwa semua yang ia kejar tidak ada artinya jika akhirnya ia kehilangan kesehatan dan kebahagiaan sejati. Ia melihat banyak rekan bisnisnya yang juga jatuh sakit atau meninggal karena stres dan ambisi yang berlebihan.