Oleh: Abi Wihan
Mudik, perjalanan kembali ke kampung halaman, memiliki dua dimensi yang berbeda yaitu mudik ke kampung halaman/dunia dan mudik ke kampung akhirat. Mari kita merefleksikan dimensi antara dua mudik tersebut.
Mudik Lebaran ke kampung halaman atau dunia sering kali dianggap sebagai momen yang penuh kebahagiaan dan kegembiraan bagi banyak orang. Ini adalah saat untuk berkumpul dengan keluarga, bertemu teman-teman lama, dan merayakan tradisi lebaran. Namun, di sisi lain, ada juga pemikiran tentang mudik ke kampung akhirat yang memunculkan rasa takut dan kecemasan. Hal ini karena adanya penyakit Al wahn yaitu cinta terhadap dunia yang meliputi hati manusia dan takut akan kematian
Ini adalah realita bahwa dalam kehidupan, manusia sering dihadapkan pada dua realitas yang berbeda: dunia (temporal) dan akhirat (abadi). Mudik Lebaran ke kampung halaman/dunia sering kali dipenuhi dengan kebahagiaan dan kegembiraan, sementara mudik ke kampung akhirat dapat memunculkan rasa takut dan kecemasan karena perasaan cinta dunia dan ketakutan akan kematian.
Dalam Islam, terdapat pemahaman yang dalam mengenai realitas kematian dan akhirat. Rasulullah SAW telah memberikan penjelasan tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan akhirat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya." (HR. Tirmidzi no. 2551, dishahih
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi menyatakan, "Sering-seringlah kalian mengingat yang memutuskan kesenangan, yaitu kematian." Ini menunjukkan perlunya untuk selalu mengingat kematian sebagai pengingat bahwa kehidupan dunia ini sementara dan persiapkan diri untuk kampung akhirat.
Dari dua realitas mudik ini, dapat disimpulkan bahwa mudik ke kampung halaman/dunia membawa kebahagiaan sementara, mudik ke kampung akhirat memerlukan persiapan mental dan spiritual yang lebih mendalam. Hal ini karena cinta terhadap dunia dan ketakutan akan kematian dapat menghalangi seseorang untuk mempersiapkan diri menuju akhirat. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk merenungkan arti dari kedua realitas ini dan mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi akhirat dengan penuh ketenangan dan keimanan
Oleh karena mari sama-sama kita refleksikan/renungkan nasihat berikut semoga bermanfaat untuk kita semua;
- Berusahalah untuk menjaga keseimbangan antara cinta dunia dan persiapan untuk kampung akhirat. Jangan biarkan cinta dunia menghalangi kita dari melakukan amal baik dan beribadah yang akan membawa keberuntungan di akhirat.
- Kenali dan lawanlah Al Wahn, yaitu perasaan takut akan kematian dan cinta dunia. Ingatlah bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat dihindari, maka persiapkanlah dirimu dengan melakukan amal baik agar siap menghadapinya.
- Manfaatkan momen mudik sebagai kesempatan untuk merenung dan memperbaiki diri. Gunakan waktu bersama keluarga di kampung halaman untuk meningkatkan kualitas hubungan, serta refleksikan apakah kita telah mempersiapkan diri dengan baik untuk kampung akhirat.
- Tetaplah berpegang teguh pada ajaran agama dan melakukan amal saleh di mana pun berada. Ketaatan kepada Allah adalah kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat.
- Ingatlah bahwa hidup di dunia ini sementara, sedangkan kehidupan di akhirat adalah abadi. Jadikanlah setiap langkah dan perbuatan kitasebagai investasi untuk masa depan yang kekal di sisi Allah SWT.
Semoga bermanfaat