Apabila Allah menunda kesuksesan dari upaya dan harapan kita, kita perlu menerima dengan ikhlas. Terkadang, apa yang kita anggap baik belum tentu baik menurut rencana Allah. Sebaliknya, apa yang tampak buruk bagi kita mungkin memiliki hikmah yang lebih baik menurut kebijaksanaan-Nya. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui.
Dalam Shahih Muslim, terdapat hadis dari Abu Hurairah yang melarang penggunaan kata "seandainya." Nabi Muhammad bersabda:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, 'Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu.' Tetapi katakanlah, 'Qadarullah wa ma sya-a fa'al' (hal ini telah ditakdirkan Allah dan Allah berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya). Karena ucapan 'seandainya' akan membuka pintu perbuatan syaitan"
Sabar adalah kunci, dan menghindari kata "seandainya" saat Allah menunda keberhasilan adalah tindakan bijaksana. Mengucapkan "seandainya" sebenarnya mencerminkan penyesalan, yang hanya akan memperberat beban kita. Setan pun bisa memanfaatkan momen ini untuk mengganggu kita. Lebih baik kita menerima dengan lapang dada, karena takdir Allah selalu memiliki hikmah. Ingatlah, Allah Maha Mengetahui
Untuk menghindari penggunaan kata "seandainya", berikut beberapa langkah yang dapat kita lakukan:
- Bersyukur: Fokus pada apa yang telah kita miliki dan syukuri setiap nikmat yang diberikan Allah. Ketika kita merasa ingin mengucapkan "seandainya," ingatlah bahwa ada banyak hal yang patut disyukuri.
- Terima dengan Ikhlas: Ketika rencana kita tidak berjalan sesuai harapan, terimalah dengan lapang dada. Percayalah bahwa Allah selalu memiliki rencana yang lebih baik untuk kita.
- Ubah Pola Pikir: Alihkan pikiran dari "seandainya" menjadi "apa yang bisa saya pelajari dari situasi ini?" atau "bagaimana saya bisa berbuat lebih baik di masa depan?"
- Berdoa: Berdoalah kepada Allah agar diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan. Doa adalah sarana untuk menguatkan hati dan memohon petunjuk-Nya.
Ingatlah bahwa setiap detil dalam hidup kita memiliki hikmah dan tujuan. Dengan menghindari kata "seandainya," kita bisa lebih fokus pada perbaikan diri dan memperkuat iman kita.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah (radhiallahu anhu):
"Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa lelah, sakit, kesedihan, gangguan, gelisah, atau bahkan duri yang mengenainya, kecuali Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya."
Hadis ini mengajarkan kita untuk bersabar dan memahami bahwa setiap ujian yang kita alami memiliki hikmah dan tujuan dari Allah. Dengan tawakal kepada-Nya, kita bisa menghadapi segala cobaan dengan lapang dada.
Tawakal adalah tindakan membebaskan diri dari ketergantungan pada hal-hal selain Allah dan sepenuhnya menyerahkan keputusan atas segala sesuatu hanya kepada-Nya. Dalam tawakal, kita mengakui bahwa Allah-lah yang memiliki kendali mutlak atas segala peristiwa. Oleh karena itu, tawakal juga disebut sebagai perbuatan menyerahkan segala urusan, usaha, dan ikhtiar kita sepenuhnya kepada Allah SWT.