Saat berada di Pulau Jawa untuk melanjutkan studi di Universitas Padjadjaran yang berada di Jatinangor Sumedang, Jawa Barat, saya penasaran pada satu makanan yaitu Tahu Sumedang.
Dari namanya kita bisa mengetahui bahwa makanan ini merupakan sebuah tahu. Setelah saya telusuri dari berbagai sumber dan bertanya langsung kepada para penjual tahu tersebut.
Saya mengetahui bahwa Tahu Sumedang merupakan hasil akulturasi karena menggabungkan beberapa budaya dalam proses pembuatannya yaitu budaya tiongkok yang dibawa langsung oleh Ong Kino, yang merupakan imigran dari tiongkok dan ia merupakan pembuat tahu sumedang pertama di Sumedang. Dari sana saya mulai penasaran dengan makanan hasil akulturasi yang ada di Indonesia.
Jadi apa itu Akulturasi Makanan?
Akulturasi makanan adalah proses perpaduan antara dua budaya dalam hal makanan, di mana terjadi penyesuaian dan penggabungan antara jenis makanan dari budaya yang berbeda. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan ini tercermin pada makanan yang ada di Indonesia.
Sejak zaman dahulu, makanan di Indonesia telah mengalami banyak pengaruh dari budaya asing seperti Tiongkok, India, Belanda, Portugal, Arab dll. Akulturasi makanan menjadi hal yang penting dalam membentuk identitas makanan Indonesia.
Di Indonesia, setiap daerah memiliki kekayaan kuliner yang berbeda. Ini disebabkan oleh keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia. Kita dapat melihat pengaruh akulturasi makanan pada beberapa makanan khas Indonesia seperti nasi goreng, bakso, sate, rendang dan masih banyak lagi.
Salah satu contoh akulturasi makanan yang populer adalah nasi goreng. Nasi goreng terdiri dari nasi yang digoreng dengan bumbu-bumbu seperti kecap, bawang, cabai,telur dan lain-lain.