Lihat ke Halaman Asli

Dear, Diary-ku

Diperbarui: 22 Oktober 2021   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku persisnya lupa kapan terakhir kali kau berwahyu,
Tentang rindu yang terhadang oleh penaka waktu,
Membentang antara jarak dan khayalan-khayalan nan semu,
Merekah pada tumpukan memori-memori bisu,
Mengeluh, mendesah dan membuncah dalam angan-angan sendu.

Andai saja semilir angin membawa raga bertatap muka,
Aku yakin, alunan sipu akan berdendang ria,
Gempita batin tak mampu terungkap dalam deretan kata,
Jemari tangan pun jadi kikuk dan kaku untuk bertukar sapa,
Hingga air mata hening meleleh tanpa kenal jeda.

Tetapi kini,  biarkan aku berwahyu untukmu,
Menata hatimu yang berantakan tak menentu,
Meredam barisan kecemasan dan rasa putus asamu,
Membilas tetesan peluh-peluh aura gelisahmu;

Hingga kau akan kembali berwahyu,
Bukan lagi tentang rindu yang terhadang oleh penaka waktu,
Tetapi tentang hati yang menyatu jadi satu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline