Lihat ke Halaman Asli

Mario Amarya

Freelance

Jojo & Ginting Tersingkir dari Badminton Olimpiade Paris 2024!

Diperbarui: 1 Agustus 2024   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jonatan Christie & Anthony Ginting secara tragis harus tersingkir dari fase grup badminton Olimpiade 2024. Sumber: getty images.

Pupus sudah harapan tim bulutangkis Indonesia sektor Tunggal Putra untuk mendapatkan medali emas cabang badminton di Olimpiade Paris 2024. Itu setelah, Jojo & Ginting sama-sama harus terhenti di babak fase grup. Meski sama-sama mengantongi 1 kemenangan di laga awal, namun keduanya kalah di laga terakhir. Jojo kalah 2 set langsung oleh Lakhsya Sen, sementara Ginting kalah 3 set dari wakil tuan rumah, Toma Junior Popov. Dengan hasil ini, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah tunggal putra Indonesia gagal lolos dari fase grup badminton Olimpiade. Begitu pula di sektor ganda campuran yang juga pertama kalinya tidak lolos ke babak knock-out. Hanya 2 wakil tersisa yang berhasil lolos ke babak knock-out, Fajar-Rian di sektor ganda putra dan Gregoria 'Jorji' Mariska Tunjung di sektor tunggal putri.

'Cocoklogi' medali yang gagal hingga potensi DejaVu Olimpiade 2012

Anthony Sinisuka Ginting saat meraih medali perunggu badminton Olimpiade Tokyo 2020. Sumber: getty images (Lintao Zhang)

Memang Jojo dan Ginting berada di grup yang lumayan berat. Jojo berada dalam satu grup bersama pebulutangkis muda India yang sedang on fire, Lakhsya Sen, peraih medali perunggu Olimpiade 2020 asal Guatemala, Kevin Cordon, dan pebulutangkis asal Belgia, Jullien Carragi. Sementara Ginting berada satu grup dengan wakil tuan rumah, Toma Junior Popov dan pebulutangkias asal USA, Howard Shu. Di laga pertama, Jojo dan Ginting memang berhasil meraih kemenangan. Namun, Jojo meraih kemenangan dengan 'tidak' meyakinkan, karena harus melalui rubber set. Jojo yang berada di grup berisikan 4 orang, sejatinya akan melawan Kevin Cordon di laga kedua. Namun, Kevin Cordon memutuskan untuk mengundurkan diri karena cedera siku. Seharusnya jika menuut aturan yang ebnar, Jojo menang dengan status Walk-Out. Namun BWF menghapus aturan tersebut dengan tidak menganggap cedera pemain sebagai Walk-Over.

Jadi, faktor kelolosan Jojo ditentukan lewat laga terakhir melawan Lakhsya Sen. Dan aturan tersebut sempat berlaku juga ketika Marvin Seidel & Mark Lamsfuss asal Jerman juga mengundurkan diri, dan membuat kemenangan Fajar-Rian atas ganda putra tersebut juga 'tidak berlaku'. Di sisi lain, Ginting juga harus menang di laga terakhir melawan wakil tuan rumah, Toma Junior Popov. Tentu saja ini tidak mudah, karena juga harus berhadapan dengan penonton satu stadion. Terlebih lagi, grup Ginting hanya ada 3 orang saja.

Namun, takdir berkata lain. Jojo & Ginting sama-sama harus 'angkat koper' lebih awal dari Olimpiade Paris 2024. Jojo kalah oleh Lakhsya Sen, meski head to head lebih unggul Jojo dengan 4 kemenangan. Sementara Ginting kalah oleh Toma Junior Popov, yang secara head to head pertemuan juga lebih unggul Ginting. Tentu hal ini sangat tragis bagi keduanya. Jojo yang tahun ini berhasil menjuarai All England 2024, sementara Ginting yang memang sedang berusaha untuk bangkit justru gagal mewujudkan 'cocoklogi' medali Olimpiade. 'Cocoklogi' tersebut dilihat dari perjuangan Viktor Axelsen yang meraih perunggu di Olimpiade 2016 & berhasil meraih emas di Olimpiade 2020, begitu juga Chen Long yang meraih perunggu di Olimpiade 2012 dan berhasil meraih emas di Olimpiade 2016. 

Dengan hasil ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah olimpiade cabang badminton, tim tunggal putra Indonesia gagal lolos ke babak 16 besar. Begitu pula dengan ganda campuran. Kini, harapan untuk mendapatkan medali emas di cabang badminton ada dalam pundak ganda putra, Fajar-Rian, dan tunggal putri, Gregoria 'Jorji' Mariska Tunjung. Namun perjuangan mereka sangatlah berat, karena di babak perempat final FajRi harus menghadapi ganda putra muda asal China yang sedang naik daun, Liang Weikeng - Wang Chang. Secara head to head, Liang-Wang lebih unggul dari FajRi. Meski di pertemuan terakhir saat Singapore Open 2024 lalu FajRi berhasil menang, namun bisa jadi di Olimpiade ini FajRi akan jadi 'bulan-bulanan'. Dan sudah seharusnya FajRi tidak boleh meremehkan Liang-Wang. 

Sementara itu, Gregoria akan menghadapi Kim Ga-eun dari Korsel. Memang head-to-head lebih unggul Grego dengan 8 kali kemenangan tanpa kekalahan. Sekali lagi, semua bisa terjadi di Olimpiade. Jika Grego tidak fokus dan tidak waspada, maka rekor kemenangan bisa saja dipatahkan oleh Kim Ga-eun. Semoga saja ada 'keajaiban'  dari 2 wakil ersebut. Jika kedua wakil tersebut kandas, maka tragedi & DejaVu Olimpiade 2012 akan kembali terulang, dimana saat itu semua sektor badminton Indonesia gagal meraih satu medali pun.

Hasil dari tersingkirnya Jojo, Ginting, Apri-Fadia, & Rinov-Pitha seharusnya sudah menjadi 'alarm' keras bagi PBSI. Jika setelah ini tak kunjung ada evaluasi 'lagi', maka jangan harap bulutangkis Indonesia bisa mendulang prestasi. Salam olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline