Kabar mengejutkan kembali hadir di dunia bulutangkis. Setelah beberapa bulan yang lalu, Marcus 'Sinyo' Fernaldi Gideon memutuskan untuk gantung raket alias pensiun sebagai pebulutangkis, kali ini giliran mantan pemain nomor 1 dunia asal Jepang, Kento Momota yang juga memutuskan untuk pensiun dari dunia bulutangkis usai gelaran Thomas Cup 2024 yang masih berlangsung saat ini. Tentu ini sebuah kehilangan besar kedua setelah Koh Sinyo, karena mengingat usia Kento Momota yang masih 30 tahun dan sebenarnya juga dibilang usia yang masih cukup bugar untuk menjadi pebulutangkis. Namun, imbas kecelakaan yang ia alami di Malaysia tahun 2020 lalu yang sekaligus membuatnya cedera dan absen begitu lama membuat 'Paduka' (Julukan netizen untuk Momota) tidak bisa tampil prima seperti dulu lagi meski bakat dan skillnya masih bisa diasah lagi. Namun, apapun keputusan Momota tetap layak di apresiasi dan Momota juga sangat layak dinobatkan sebagai legenda pebulutangkis Jepang dan dunia. Sayangnya, pensiunnya Momota berbuah pahit tatkala tim beregu putra Jepang tersingkir oleh Malaysia di babak perempatfinal Thomas Cup 2024 yang mana dia ditempatkan di pertandingan terakhir jika skor sama kuat 2-2. Sayangnya, Tim Putra Jepang harus kalah 3-1. Dan dengan ini, laga terakhirnya sebagai pebulutangkis adalah saat melawan Taipei di laga pamungkas fase grup B.
Menduduki rank 1 dunia selama 1,5 tahun dan mengoleksi 34 gelar juara
Selama berkarir sebagai pemain bulutangkis, tunggal putra asal Jepang kelahiran 1 September 1994 ini pernah berada di peringkat 1 dunia BWF selama 1, 5 tahun dari 2018 hingga 2020. Dan Kento Momota sudah mengoleksi 34 gelar juara sepanjang karirnya, diantaranya 2 kali juara dunia, 1 kali juara dunia junior, dan 16 kali juara tour dunia BWF. Dan salah satunya adalah All England di tahun 2019 mengalahkan Viktor Axelsen. di tahun 2014 saat usianya baru 20 tahun, Kento mengantarkan tim Thomas Jepang juaa Thomas Cup untuk pertama kalinya dengan mengalahkan tim Thomas Malaysia 3-2 yang berlangsung di New Delhi, India. Permainannya yang begitu ulet serta pertahanannya yang begitu kokoh membuat Kento 'Paduka' Momota ini sangat sulit dikalahkan di masa primanya. Tunggal putra seperti Viktor Axelsen dan Anthony Sinisuka Ginting adalah lawan yang paling sering bertemu dengan Momota dan beberapa kali bisa dikalahkan. Sayangnya di turnamen Malaysia Masters 2020 yang dimana ia berhasil keluar sebagai juara dan hendak kembali ke Jepang dan menuju bandara Malaysia, ia mengalami sebuah kecelakaan yang cukup parah. Hidungnya patah serta wajah dan bibirnya terluka. Beruntung, dia tidak mengalami patah tulang di bagian yang lain. Semenjak kecelakaan tersebut, dia absen selama 1 tahun lamanya dan sempat kembali bermain di tahun 2021. Namun, kembalinya Momota di dunia bulutangkis membuat dirinya tidak se superior dan tidak sehebat seperti dulu lagi. Gaya bermainnya dan kelincahannya seperti sudah hilang dan magisnya juga sudah berkurang. di tahun 2021 saja, ia hanya beberapa kali ikut turnamen dan meraih 1 gelar juara di Indonesia Masters. sementara di tahun 2022, Ia kembali ke final Malaysia Open namun 'dibantai' oleh musuh bebuyutannya, Viktor Axelsen. Gelar terakhir yang ia raih adalah di tahun 2023 ketika berhasil melaju ke final Korea masters melawan juniornya di Jepang yang juga digadang-gadang sebagai penerusnya, Koki Watanabe. Karirnya setelah mengalami kecelakaan memang pasang surut, dan di tahun 2023 ketika kembali lagi bermain di turnamen BWF, Momota sempat harus kembali merasakan babak kualifikasi sebelum berlaga di babak utama. Memang sungguh luar biasa karir Momota sebagai pebulutangkis yang tangguh di masanya, namun juga cukup tragis dengan apa yang dialami dirinya pascakecelakaan tersebut. Dari 34 gelar juara yang diraihnya, Kento Momota sama sekali tidak pernah meraih medali emas Olimpiade. Bahkan di Olimpiade Tokyo, kota di negara asalnya sendiri, Momota tidak ikut dan absen karena harus menjalani pemulihan. Sungguh amat disayangkan sekali. Walaupun begitu, keputusan pensiun yang diambil oleh Momota sangat dirasa begitu tepat mengingat kemampuan dan kegigihan dirinya yang tidak seperti dulu lagi. Dan Kento Momota sudah sangat layak dinobatkan sebagai salah satu pebulutangkis legendaris terbaik di Jepang dan dunia sepanjang masa.
Tidak bisa lagi melihat duel Ginting vs Momota (MomoGi)
Dari semua pertandingan luar biasa yang pernah dilakoni oleh Kento Momota, pertandingan melawan Anthony Sinisuka Ginting adalah yang paling ditunggu-tunggu oleh semua Badminton Lovers. Total pertemuan antara mereka berdua adalah 13 kali, 10 pertandingan dimenangkan oleh Momota dan 3 sisanya dimenangkan oleh Ginting. Dan dari semua peryandingan itu, beberapa diantaranya terjadi di babak final. Saking menarik dan serunya pertandingan Momota dan Ginting yang kerap bertemu, netizen memberikan singkatan keduanya yaitu MomoGi (Momota Ginting). Sayangnya, pertemuan mereka berdua tak akan pernah terjadi lagi. Kali terakhir Momota dan Ginting bertemu adalah di semifinal Thomas Cup 2022 di Bangkok, Thailand, dimana Indonesia menang dramatis dengan skor 3-2 dan Ginting menang atas Momota dengan rubber set. Itu adalah kali terakhir MomoGi bertanding. Keduanya memang selau ditunggu-tunggu karena memang selalu mempersembahkan pertandingan yang sangat seru. Dari mulai adu strategi, adu pertahanan, adu smash, dan adu netting. Meski Ginting hanya 3 kali menang atas Momota dan kerap bertemu, namun keduanya sudah seperti 'bestie'. Semoga saja setelah Momota pensiun dan Ginting masih bermain, keduanya bisa bertemu lagi di luar lapangan.
Kodai Naraoka & Koki Watanabe, duo tunggal putra muda Jepang yang siap menjadi penerus Kento Momota
Setelah Kento Momota pensiun, tentu dirinya tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana nasib tunggal putra Jepang lainnya. Selain memiliki Kenta Nishimoto dan Kanta Tsuneyama yang juga sepantaran dengan dirinya, Jepang memiliki 2 tunggal putra lainnya yang masih muda dan berpotensi menjadi yang terbaik serta akan meneruskan perjuangan Momota. Keduanya adalah Kodai Naraoka & Koki Watanabe. Kodai Naraoka sudah terlebih dahulu dikenal sejak debut perdananya di Thomas Cup 2022 lalu. Meski kalah di laga terakhir melawan Indonesia di semifinal, namun setelah turnamen tersebut Kodai menjelma menjadi pebulutangkis muda yang berkembang pesat dan berbahaya. Skill dan daya juangnya sangat kuat sekali, disertai dengan smashnya yang akurat serta pertahanannya yang kokoh. Karena kemampuannya yang luar biasa sebagai pebulutangkis termuda, pemain asal Jepang kelahiran tahun 2001 tersebut kini melesat dan menempati ranking 5 BWF. Dan dia sudah mengoleksi 2 gelar BWF, yaitu Vietnam Open S100 tahun 2022 dan China Masters S750 tahun 2023. Kodai juga merupakan runner-up kejuaraan dunia senior BWF tahun 2023 lalu. Namun, Kodai sama sekali belum pernah bertanding melawan Kento Momota. Sementara itu, Koki Watanabe yang dua tahun lebih tua dari Kodai juga memiliki skill yang tidak kalah bagusnya dengan Kodai. pemain tunggal putra Jepang kelahiran tahun 1999 ini juga sangat ulet dan kokoh sekali pertahanannya. Sama dengan Kodai, Koki juga mengoleksi 2 gelar juara BWF Tour. Bedanya dengan Kodai adalah, Koki pernah melawan Kento Momota dan itu terjadi final Korea Masters 2023.
Di laga itu, Koki harus mengakui keunggulan sesepuhnya dan menjadi runner-up. Jika Koki dan Kodai konsisten terus ikut turnamen, bukan tidak mungkin keduanya akan sali g bersaing menjadi yang terbaik dan akan selevel dengan Kento Momota 2 hingga 5 tahun kedepan.