Lihat ke Halaman Asli

Marinda Shanie

Apoteker Pengelola Apotek

Tantangan Pemakaian Obat Sesuai Aturan: Sebuah Kesalahan yang Bisa Diubah

Diperbarui: 2 Januari 2024   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pngtree.com

Masyarakat di Indonesia, menurut data Susenas Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 60 % masyarakat melakukan pengobatan sendiri. 

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa 35,2 % masyarakat Indonesia menyimpan obat di rumah tangga, baik diperoleh dari resep dokter maupun dibeli sendiri secara bebas, di antaranya sebesar 27,8 % adalah antibiotik. (Kementerian Kesehatan, 2013).

Namun, tahukah Anda, bahwa ada aturan yang berbeda bagi masing-masing obat yang harus ada taati ketika anda sedang dalam masa pengobatan?

Tidak semua obat diminum sesudah makan, tidak semuanya harus dikonsumsi 3 (tiga) kali sehari, atau tidak semua obat bisa dihentikan sendiri ketika gejala sakit sudah tidak dirasakan lagi.

Ketika kita ke dokter, atau membeli obat secara bebas di apotek, biasanya aturannya sudah diberikan dalam kemasan obat. Misalnya, meminum obat 3 kali sehari. Kebiasaan masyarakat Indonesia, 3 kali sehari diartikan setelah makan, yaitu setelah sarapan, setelah makan siang dan sesudah makan malam, sementara waktu makan ini tidak konstan. 

Tepat dosis, tepat waktu, tepat cara penggunaan dan tepat lama pemberian

Penggunakan obat yang baik itu adalah tepat dosis, tepat waktu, tepat cara penggunaan dan tepat lama pemberian.

Tepat Dosis. Penggunaan obat dengan dosis berlebih, akan meningkatkan resiko efek samping, sedangkan, jika obat diberikan tidak sesuai dosis/terlalu kecil dosisnya, maka tujuan pengobatan tidak akan tercapai. 

Ketepatan dosis ini perlu diperhatikan khususnya untuk pemakaian obat-obat sirup. Biasanya, untuk obat sirup digunakan istilah sendok teh untuk 5 ml dan sendok makan untuk 15 ml. Sementara, sendok teh dan sendok makan yang beredar, isinya belum tentu 5 ml atau 15 ml, tergantung pada produsen pembuat sendok. Maka sebaiknya jika mendapat obat dalam bentuk cairan/sirup mintalah selalu sendok takar, agar ketepatan dosis bisa tercapai.

Tepat waktu. Penggunaan obat yang baik harus sesuai jam. Pasien harus melihat berapa kali sehari dosis minum obatnya, yaitu jika dikatakan 3 kali sehari, itu artinya 24 jam dibagi 3 yaitu 8 jam per kali minum. Jika obatnya harus diminum dua kali sehari berarti misal minum pertama pukul 09.00, obat selanjutnya baru boleh diminum pada pukul 21.00. 

Efektivitas obat dilihat terutama dari cara mengkonsumsinya. Kalau cara mengkonsumsinya tidak benar nanti obatnya tidak efektif. Secara teori, dosis yang ada dalam tubuh harus konstan misal 6 jam. Setelah 6 jam itu kadar dalam darah sudah turun, makanya harus minum obat lagi. Penggunaan obat yang waktunya benar-benar tepat ini, misalnya pada saat pemakaian antibiotika.

Tepat Cara Penggunaan. Tidak semua obat dikonsumsi dengan cara di telan. Contoh, Tablet antasida, dikonsumsi dengan cara dikunyah, 30 menit  sebelum makan atau dalam keadaan perut kosong dan tidak boleh diminum bersamaan dengan susu.  Tablet effervescent dikonsumsi dengan melarutkannya pada segelas air, dan diminum airnya, contoh vitamin C dan tablet Zn.

Tepat Lama Pemberian. Pemberian obat yang terlalu lama atau terlalu singkat akan mempengaruhi hasil pengobatan. Misalnya, untuk antibiotika, maka pemberian obatnya harus tepat. Tidak selamanya harus habis, tetapi durasi obatnya harus tepat, sesuai kondisi. Misal, untuk pasien dengan tuberkulosa, minimal pemberian antibiotik 6 bulan, dan untuk demam tifoid 10 - 14 hari.

Penggunaan obat yang tepat, akan memberi sumbangsih yang besar bagi pemerintah, terutama bagi pemeliharaan kesehatan secara  nasional. Namun jika tidak, banyak konsekuensi yang harus diterima.

Apa saja contoh konsekuensi yang harus diterima jika tidak sesuai aturannya?

  • Overdosis : Mengkonsumsi dosis obat lebih tinggi dari yan direkomendasikan dapat menyebabkan kerusakan pada organ dan berakibat fatal.
  • Penggunaan Jangka Panjang Tanpa Pengawasan Tenaga Medis: Beberapa obat hanya aman digunakan dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang tanpa pengawasan medis dapat menyebabkan efek samping yang merugikan.
  • Penghentian Mendadak : Menghentikan penggunaan obat tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker dapat memperburuk kondisi pasien, resistensi terhadap obat atau menimbulkan "gejala putus obat"
  • Interaksi Obat yang Merugikan : Mengkombinasikan obat tanpa mempertimbangkan potensi interaksi obat, dapat menimbulkan efek samping yang merugikan atau mengurangi efektifitas pengobatan.
  • Mempengaruhi penyerapan obat dalam tubuh : misal, obat yang harusnya diminum dalam keadaan perut kosong, jika dikonsumsi setelah makan, atau dalam kondisi kenyang, ataupun sebaliknya, sudah bisa dipastikan penyerapan obat tersebut didalam tubuh tidak maksimal dan lagi -lagi akan menpengaruhi tujuan terapi.

Lalu, bagaimana caranya agar saya dapat meminum obat agar tepat waktu?

Ada beberapa tips yang bisa diterapkan agar konsumsi obat bisa teratur. 

1. Buat Jadwal Tetap 

Tentukan waktu yang tetap setiap harinya untuk meminum obat, agar terbentuk kebiasaan dan mudah diingat.

2. Gunakan pengingat 

  • Alarm pada ponsel atau jam pengingat dapat digunakan  sebagai pengingat waktu minum obat
  • Gunakan aplikasi pengingat obat untuk membantu mengatur jadwal dan memberi notifikasi.

3. Hubungkan dengan kegiatan rutin 

  • Sertakan kebiasaan minum obat dengan aktivitas harian seperti waktu sarapan atau jadwal menyikat gigi
  • Kebiasaan seperti ini dapat membantu menggabungkan kebiasaan minum obat dengan rutinitas yang sudah ada

4. Pakai Kotak Obat

  • Gunakan kotak obat yang memiliki kompartemen untuk setiap hari atau setiap dosis. Ini membantu mengetahui apakah obat sudah diminum.

5.  Catat di Kalender

  • Tandai kalender atau buat catatan harian harian setiap kali selesai mengkonsumsi obat
  • Hal ini bisa membantu melacak dosis yang telah diminum

6. Letakkan obat pada satu tempat, dan beri label pada masing-masing obat

  • Tulis tanggal dan waktu pada botol / plastik obat
  • Pastikan label obat jelas dan mudah dibaca

7. Bicarakan dengan Apoteker atau Dokter

  • Diskusikan opsi dosis atau jadwal yang lebih sesuai dengan kebutuhan harian Anda
  • Pertimbangkan formulasi yang lebih mudah diminum, misal dengan mengganti sediaan obat, contoh menggunakan tablet extended release (ER) yang biasanya diminum dalam rentang waktu yang relatif lebih panjang, misal satu kali sehari.

8. Libatkan pendukung atau Pengawas Minum Obat

  • Minta bantuan keluarga atau teman untuk mengingatkan Anda
  • Berbagi informasi tentang jadwal minum obat dengan orang terdekat

9. Gunakan Pencatat Obat

  • Gunakan buku atau aplikasi pencatat obat untuk memantau penggunaan obat Anda secara berkala
  • Ini membantu menganalisis pola dan memahami kebutuhan Anda

Ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan Dokter dan Apoteker mengenai kebiasaan minum obat yang akan anda terapkan. Jangan lupa bicarakan juga kebutuhan harian Anda, agar didapat pola yang baik dan memenuhi kebutuhan anda dalam hal terapi. 

Sebab, kebutuhan setiap orang itu tidaklah sama, berkonsultasi bisa membantu anda membentuk kebiasaan harian yang memudahkan anda dalam mengkonsumsi obat secara tepat dosis, tepat waktu, tepat cara penggunaan dan tepat lama penggunaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline