Astronomi merupakan ilmu yang memainkan peran penting dalam peradaban manusia dan hampir seumuran dengan peradaban itu sendiri. Lahir dari rasa ingin tahu dan kekaguman manusia terhadap langit, Astronomi perlahan-lahan menjadi ilmu yang diminati oleh banyak orang, bahkan menjadi subjek dasar yang perlu diketahui.
Di Indonesia, ilmu Astronomi mulai muncul ketika terbentuknya Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda atau Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereniging (NISV). Perhimpunan ini bertujuan mendirikan dan memelihara observatorium astronomi di Hindia Belanda, serta memajukan ilmu astronomi. Dalam perhimpunan tersebut, ada seorang pengusaha perkebunan teh di daerah Malabar bernama Karel Albert Rudolf Bosscha. Beliau adalah seorang Belanda keturunan Jerman yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi Hindia Belanda pada masa itu, juga merupakan pemerhati ilmu pendidikan, khususnya astronomi. Pada saat itu, Sir Bosscha menyediakan dana utama dan membantu membeli teropong Bintang untuk perkembangan ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Selanjutnya, pada tanggal 1 Januari 1923, dibangunlah Observatorium Astronomi pertama di Indonesia. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R Bosscha dalam pembangunan, nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium. Sepuluh tahun setelah berdiri, Bosscha Sterrenwacht memberikan kontribusi berharga bagi dunia astronomi internasional, terutama dalam bidang optik bintang ganda dan penentuan garis bujur di Bumi. Meski demikian, selama Perang Dunia II, segala kegiatan penelitian di Observatorium Astronomi Bosscha dihentikan untuk sementara sehingga pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan kepemilikan observatorium ini kepada pemerintah Republik Indonesia.
Observatorium ini kemudian dititipkan menjadi bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB), Hingga kini ITB masih merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang menjalankan pendidikan sarjana, magister, dan doktoral dalam astronomi dan astrofisika. Observatorium Bosscha juga masih merupakan observatorium astronomi terbesar di Indonesia dengan kontribusi dalam penelitian dan pendidikan astronomi yang signifikan di Asia Tenggara. Dalam konteks sosialnya, Observatorium Bosscha telah membuka peluang bagi masyarakat dan pelajar untuk menggali pengetahuan tentang benda langit, teleskop, dan penelitian astronomi. Fungsinya tidak sekadar sebagai pusat penelitian ilmiah, tetapi juga sebagai simbol budaya pengetahuan. Keberadaannya telah memperkaya perspektif masyarakat Indonesia terhadap keindahan alam semesta, menjadikan astronomi sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang layak dijaga dan dihargai. Dukungan besar dari K.A.R Bosscha dan pemindahan kepemilikan observatorium ke tangan pemerintah Republik Indonesia menegaskan bahwa ilmu pengetahuan, termasuk astronomi, dapat memberikan kontribusi substansial terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu, berbagai kegiatan di dalam observatorium, seperti pengamatan bintang, kunjungan sekolah, dan perayaan peristiwa astronomi, menjadi bukti konkret bagaimana Observatorium Bosscha tidak hanya menjadi tempat riset, tetapi juga menjadi wadah interaktif bagi pendidikan dan pengembangan kesadaran astronomi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi Bosscha Observatorium ini salah satu nya adalah menjadi sumber pengetahuan dan edukasi astronomi bagi masyarakat umum dan meningkatkan minat masyarakat, terutama generasi muda, terhadap ilmu pengetahuan. Selain itu, Observatorium Bosscha masih terus berkontribusi pada sains astronomi dan pada upaya pencerdasan bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H