Lihat ke Halaman Asli

Vina Idamatusilmi

Amateur Writer

Pandemi Tak Kunjung Berakhir, Sampah Terus Mengalir

Diperbarui: 18 September 2021   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pandemi yang belum juga berakhir menjadikan kita diharuskan merubah cara hidup kita dengan menyesuaikan keadaan saat ini. Sementara itu, pemerintah lebih memfokuskan untuk melindungi kehidupan masyarakat terutama dampak pada perekonomian. Pada awal pandemi memang sampah belum terlalu di perhatikan, liputan berita yang ada di TV maupaun di media masa lainnya terfokus pada jumlah pasien Covid per harinya serta kebijakan -- kebijakan yang di buat oleh elit pemerintah yang berkuasa. Mirisnya setahun berlalu pandemi masih menggebu, bahkan saat ini telah menggunung prediksi Indonesia menjadi negara terakhir yang terbebas dari pandemi.

Tidak hanya itu, setelah lamanya berjuang untuk hidup di masa pandemi, masyarakat mulai sadar akan dampak yang begitu signifikan dari kondisi seperti sekarang ini. Terutama kehadiran sampah atau limbah -- limbah medis yang terus ada di setiap kotak pembuangan atau bahkan parahnya banyak yang masih berserakan. Belum lagi limbah medis yang berasal dari rumah sakit, dikutip dari data yang diperoleh dari Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), saat ini jumlah limbah medis, termasuk sampah medis seperti masker, alat pelindung diri, botol, kemasan obat, selang infus dan sebagainya telah mencapai hampir 1663 ton. Sementara itu Ombudsman mengungkapakan untuk keseluruhan, limbah Covid mencapai 138 Ton per hari.Ombudsman RI soroti masalah pengelolaan limbah medis semasa pandemi

Apabila limbah -- limbah ini didiamkan dan tidak diolah dengan baik, maka akan merusak ekosistem lingkungan serta tidak lama lagi negara ini dapat berubah menjadi lautan sampah. Dinas Lingkunga Hidup, dokter dan jajarannya telah menyarankan berbagai cara penanganan limbah medis ini, seperti menyemprotkan disinfektan, penggunaan masker, sarung tangan saat menangani limbah medis. Kemudian himbauan untuk membuang sampah medis masyarakat di puskesmas terdekat. Selain itu juga penggunaan insinerator untuk membakar limbah medis yang berasal dari rumah sakit dan sebaginya. Akan tetapi yang sangat disayangkan di sini yaitu insinerator yang berada di rumah sakit, dari sekitar 2000 rumah sakit yang ada di Indonesia, hanya terdapat 119 insinerator yang mempunyai izin resmi. Sementara itu kebanyakan dari rumah sakit bertindak curang dengan mengurus izin melalui jalur yang tidak seharusnya, baik itu melalui calo ataupun konsultan.

Selain sampah medis yang menjadi permasalahan, diterapkannya PPKM yang tidak kunjung selesai juga berdampak pada budaya konsumerism. Tepatnya budaya berbelanja online, yang mana membuat sampah dari bungkus -- bungkus paket belanja online ini terus meningkat. Meskipun pemerintah telah menghimbau untuk menggunakan bungkus yang ramah lingkungan. Tetapi nyatanya, keefektivitasannya belum seberapa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline