Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Arif Romadoni

Sedang belajar bersyukur

Di Sudut Asrama Sebuah Pesantren

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesantren sedang geger, terjadi kegaduhan dan kacau balau. Beberapa santri mondar mandir keluar masuk kamar santri lainnya di Asrama Walad. Di beberapa kamar di asrama walad (laki-laki) seorang santri berbincang dengan temannya.

Sandi: Besok pagi ada pemeriksaan rambut oleh ustadz kesiswaan, gimana nih?

Bejo: yoi.terus bang?

Sandi: bagaimana bang kalau kita data santri-santri yang pengen cukur.

Bejo: betul bang, mari kita datang ke setiap kamar untuk mencari yang mau cukur.

Sandi: assalamualaikum, dek ada disini yang mau cukur? kalian tau khan besok ada pemeriksaan rambut. kalian mau di suruh nanti berdiri hormat bendera satu harian?

Andi: ada bang, aku mau cukur, bang. Abang bisa cukur?

Sandi: oh.. abang gak bisa mencukur, tapi abang mau mendata berapa orang yang mau cukur, baru abang ajak tukang cukur langganan abang datang ke pesantren.

Frans: oke bang, aku mau.

Sandi: Jo, catat.

Bejo: beres, bang.

Dedi: aku juga ya bang

Sanjay: aku bang

Doli: tolong aku ya bang, karena wali kelasku dah ngasi peringatan sama aku. Aku satu ya bang?

Sandi : oke, abang usahakan ya dek, yang penting siapkan aja duitnya

Para Santri: oke bang.

Sandi: akhirnya terkumpul 36 orang ya, Jo.

Bejo: yoi bang kita bisa banyak duit nih.

Sandi menelepon tukang cukur langganannya yang ada diluar pesantren dan tercapai kesepakatan untuk datang malam ini jam 20.00 wib.

Tepat pukul 20.00 wib semua santri telah berkumpul di depan kamar Sandi. Kemudian satu persatu santri dipanggil masuk kekamar layaknya pasien rumah sakit yang ingin berobat.

Sandi : Andi, masuk!

Andi: ya, bang.

Sandi : Frans!

Frans: ya bang.

Sandi: ricky!

Jam dinding menunjukkan pukul 22.00 wib si tukang cukur terlihat lelah kemudian ia menelepon temannya yang juga sama tukang cukur untuk datang membantu mencukur/memangkas santri.

Sandi: Legiman!

Legiman: ya bang. (dengan terkejut karena ia baru saja duduk tertidur di serambi kamar)

Ketika legiman sedang dicukur semua orang yang melihatnya tertawa cekikikan karena ia terlihat mengantuk dan berkali-kali si tukang cukur/pangkas menegurnya.

Sampailah urutan santri ke 36, jam menunjukkan pukul 01.30 wib sementara cuaca di luar sudah mulai turun hujan begitu derasnya dan kilat yang menggelegar.

Akhirnya tukang pangkas pulang dengan mendapat penghasilan empat ratus ribuan dan sandi cs memperoleh enam puluh delapan ribu rupiah karena jasa menyediakan tukang cukur dadakan dan santri terselamatkan dari hukuman esok harinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline