Lihat ke Halaman Asli

Muhammad ArifRahman

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Dampak Optimasisasi terhadap Pasar Tenaga Kerja, Tantangan dan Peluang di Era Digital

Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Otomatisasi dan teknologi digital telah mengubah lanskap pasar tenaga kerja secara drastis dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, dan big data terus berkembang, menawarkan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, transformasi ini membawa sejumlah tantangan dan peluang bagi para pekerja, perusahaan, dan pemerintah.

Menurut laporan McKinsey Global Institute, hingga tahun 2030, sekitar 14% hingga 20% pekerjaan di seluruh dunia berisiko digantikan oleh teknologi otomatisasi. Sementara itu, laporan dari Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahun 2020 memperkirakan bahwa 85 juta pekerjaan akan digantikan oleh mesin, namun secara bersamaan 97 juta pekerjaan baru yang berbasis teknologi akan tercipta.

Tantangan Otomatisasi di Pasar Tenaga Kerja 

  • Hilangnya Pekerjaan Tradisional Salah satu dampak utama otomatisasi adalah hilangnya pekerjaan-pekerjaan yang selama ini bergantung pada keterampilan manual atau rutin. Industri manufaktur, pertanian, dan layanan pelanggan menjadi sektor yang paling terkena dampak. Laporan dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan bahwa di negara maju, sekitar 14% pekerjaan dapat sepenuhnya otomatis. 

  • Kesenjangan Keterampilan Percepatan otomatisasi juga memperlebar kesenjangan keterampilan di pasar tenaga kerja. Pekerja yang tidak memiliki keahlian di bidang teknologi cenderung lebih rentan terhadap pengangguran. Menurut WEF, 50% dari semua pekerja membutuhkan pelatihan ulang dan keterampilan baru untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan masa depan yang dipengaruhi oleh teknologi.

  • Ketidakmerataan Dampak Dampak otomatisasi juga bervariasi antar negara, wilayah, dan sektor industri. Negara-negara dengan sektor manufaktur yang kuat atau bergantung pada tenaga kerja manual lebih rentan terhadap perubahan ini dibandingkan negara-negara yang sudah lebih mengandalkan jasa dan teknologi. 

  • Selain itu, perbedaan gender juga menjadi masalah, dengan perempuan diperkirakan lebih rentan terhadap dampak negatif otomatisasi di beberapa sektor seperti layanan pelanggan dan administrasi.

Peluang yang Diciptakan Otomatisasi 

  • Penciptaan Pekerjaan Baru Otomatisasi juga membuka peluang baru dalam industri yang berhubungan dengan teknologi. Pekerjaan di bidang data science, AI, machine learning, dan pengembangan perangkat lunak terus meningkat. Banyak pekerjaan yang dulunya tidak ada kini menjadi pusat perhatian, seperti pekerjaan di bidang manajemen data dan analitik bisnis. Menurut WEF, meskipun ada pekerjaan yang hilang, otomatisasi dapat menciptakan hampir 100 juta pekerjaan baru pada 2025.

  • Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Pekerjaan Otomatisasi juga berpotensi meningkatkan produktivitas, dengan perusahaan mampu menghasilkan lebih banyak output dengan lebih sedikit sumber daya manusia. Selain itu, pekerja dapat beralih dari tugas-tugas rutin yang membosankan ke pekerjaan yang lebih kreatif dan strategis. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepuasan kerja dan kualitas hidup para pekerja.

  • Peningkatan Kesempatan Pelatihan dan Pendidikan Untuk memanfaatkan peluang ini, pemerintah dan sektor swasta perlu berinvestasi dalam pelatihan ulang tenaga kerja. Banyak perusahaan kini menyediakan program pelatihan dan pengembangan untuk membantu pekerja mereka menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan baru. 

  • Perusahaan teknologi seperti Google dan Microsoft, misalnya, telah mengembangkan program pelatihan keterampilan digital untuk mendukung pekerja di era otomatisasi.

Solusi Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Otomatisasi 

  • Pelatihan Ulang dan Pendidikan Berkelanjutan Pemerintah dan perusahaan perlu fokus pada pelatihan keterampilan untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi perubahan akibat otomatisasi. Pelatihan ini harus mencakup keterampilan digital, kreativitas, dan pemecahan masalah, yang semakin dibutuhkan dalam pekerjaan masa depan.

  • Menciptakan Kebijakan Jaminan Sosial yang Fleksibel Untuk menghadapi dampak hilangnya pekerjaan, pemerintah harus memperkuat jaring pengaman sosial, termasuk skema pengangguran dan program tunjangan kerja yang lebih fleksibel. Hal ini penting untuk memastikan pekerja yang kehilangan pekerjaan karena otomatisasi tidak jatuh ke dalam kemiskinan.

  • Investasi dalam Teknologi yang Berfokus pada Pekerja Sektor swasta harus berfokus pada investasi dalam teknologi yang meningkatkan produktivitas sekaligus memberdayakan pekerja. Teknologi yang dirancang untuk meningkatkan kolaborasi manusia-mesin, bukan menggantikan pekerja, akan menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan produktif.

Kesimpulan 

Otomatisasi membawa dampak yang kompleks terhadap pasar tenaga kerja. Meskipun mengancam beberapa pekerjaan tradisional, otomatisasi juga membuka peluang besar di sektor-sektor baru. Tantangan utama adalah memastikan tenaga kerja global dipersiapkan dengan keterampilan yang tepat untuk menghadapi masa depan. 

Dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah, serta investasi dalam pelatihan dan teknologi inklusif, otomatisasi bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline