Lihat ke Halaman Asli

Marifatul Imam Syabani

penulis abal-abal

Menerjemah Tutur Kata Generasi 90an

Diperbarui: 19 Mei 2023   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Setiap kata yang tertutur dari lidah adalah anak panah yang melesat dan mustahil untuk kembali. Umpamanya seperti itu. Sulit untuk membuai kata-kata modern, baku dan keseharian untuk dipakai dalam berkomunikasi baik individu maupun kelompok.

Tapi tutur kata yang baik dan sopan, tergantung tempat dan asalkan tidak luntur dari budaya-budaya lama, salah satunya adalah 90s. Hal ini menyangkut kesopanan terutama dalam bertutur kata.

Dalam artikel ini saya tidak akan membandingkan Gen Z dengan generasi 90an, tapi lebih ke sharring tentang kejadian nyata yang dialalami masa sekarang.

Kita tau bahwa orang tua selalu membandingkan masanya dengan masa sekarang, tidak semuanya benar tapi tidak semuanya salah juga, semua tergantung persepsi masing-masing. Tapi, jika kita berkaca pada budaya-budaya lama dan membandingkannya dengan sekarang tentu sangat jauh terutama dalam tutur bahasa, baik secara variasi maupun hal lainnya. Contoh adalah K-Pop, maupun hal ini lumrah dan banyak yang tau artinya, tapi kata-kata tersebut merupakan budaya baru yang masuk.

Kembali ke topik untuk menerjemah tutur kata anak 90an. Menggunakan bahasa yang sopan dan tidak mengandung unsur ke alay an dalam berbica serta tidak menyinggung antar sesama. Bahasa sekarang memang tidak dituntut untuk selalu baku, tapi etika dalam berbahasalah yang utama, serta tidak mengandung unsur menyinggung.

Bila melihat kondisi zaman sekarang ada plus minusnya, sama juga dengan kondisi anak 90an, namun bisa kita bandingkan secara personal dari dua generasi tersebut.

Tidak semuanya benar, namun kita bisa ambil yang baik serta buang yang buruk. Jadilah generasi yang baik serta bisa membawa unsur kebudayaan bagus untuk generasi kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline