Lihat ke Halaman Asli

Mariemon Simon Setiawan

Silentio Stampa!

Menulis: Mengatur Ide dan Kegelisahan

Diperbarui: 22 Oktober 2022   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Dokpri)

Beberapa hari yang lalu, saya sengaja membuka kembali akun blog kompasiana milik saya ini; untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir! Itu waktu yang cukup lama.

Ada banyak sebab mengapa bisa vakum selama itu: gairah yang hilang muncul, daya refleksi yang turun naik, kesibukan membuat film, hingga padatnya jadwal kuliah; memaksa saya untuk sesaat mencopot kegiatan menulis di blog dalam skala prioritas utama. Menyedihkan, Anda boleh menggumamkan kata itu dalam hati.

Sumber utama saya dalam menulis adalah 'kegelisahan' (sesuatu yang terus 'mengganggu' pikiran saya, bukan gelisah maut!), selain ide-ide yang tiba-tiba muncul di kepala. Ia akan terus bergemuruh, meletup-letup, dan akhirnya harus dituangkan dalam bentuk tulisan.

Lunturnya energeia untuk menulis telah membuat semua kegelisahan dan ide-ide itu 'mati' pada refleksi, mentok pada kontemplasi, dan terendap sia-sia di sana tanpa ada upaya untuk menuliskannya. Bagi saya, semua kegelisahaan dan ide-ide itu akan menemukan 'kelegaannya' ketika sudah dituliskan.

Sejatinya, seorang penulis akan memiliki waktu menulis, sesibuk apa pun itu, bahkan mungkin menulis adalah kesibukannya. Sementara saya hanya memiliki hobi menulis, dan belum layak disebut penulis.

Menyadari ke-pause-an menulis di blog selama ini, saya mencoba melanjutkannya lagi. Saya sendiri pernah mencoba membuat program menulis, sesuai dengan beberapa referensi yang saya temukan di internet. Sayangnya, semua program itu sama sekali tidak pernah terwujud.

Bagi saya pribadi, ide tidak muncul tiba-tiba, sebab ia perlu 'pemantik'. Kegelisahaan tidak akan timbul apabila tidak ada kontak dengan realitas, dan kecermatan dalam menanggapinya.

Beberapa kali saya mencoba menulis, tetapi tidak ada percikan api yang memancing ide. Saya ingin mencoret-coret sedikit di atas kertas, tetapi tak pernah tuntas. Dan yang lebih menjengkelkan, semua ide dan kegelisahan itu muncul di luar program menulis tersebut. Lagi-lagi, menyedihkan.

Akhirnya saya menyadari bahwa saya bukan tipikal orang yang bisa menulis kapan saja, atau orang yang bisa duduk diam 'memaksakan' ide muncul untuk menulis demi memenuhi target (ini pelajaran penting; menulis juga perlu menjadi 'diri sendiri').

Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Fred Lawson, seorang arsitek Amerika Serikat bahwa "hidup bukanlah sekumpulan target yang harus dituntaskan." Menulis juga bukan (sekedar) setumpuk deadline yang harus dikejar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline