Mulanya, saya mengira bahwa Chelsea akan keok di tangan klub kaya baru, Newcastle United.
Mari kita lihat, Chelsea tengah mencuri perhatian media terkait invasi Russia atas Ukraina. Chelsea kebagian getah pahit atas persoalan politik tersebut. Kedekatan sang 'mantan' pemilik klub Roman Abramovich terhadap Presiden Russia, Vladimir Putin rupanya memberi dampak bagi The Blues yang pada akhirnya membuat FA (Asosiasi Sepakbola Inggris) untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkesan tidak adil.
Tidak hanya itu, Chelsea pun santer diberitakan untuk 'melepas' logo sponsor utama dari jersey mereka. Pemberitaan terus-menerus soal klub asal London tersebut secara psikologis tentunya dapat mengganggu konsentrasi para pemain di atas lapangan.
Pada era Jose Mourinho, Chelsea kerap mewarnai pemberitaan media. Namun, bukan hal-hal di luar sepakbola yang mencuri perhatian, tetapi 'bacot'-nya Mourinho yang kerap menjadi pemberitaan media.
Kepandaian mencuri perhatian media adalah trik pelatih asal Portugal itu agar ia seorang yang menjadi sasaran media, bukan para pemainnya; selain sebagai bentuk 'psywar' terhadap lawan (ingat bagaimana cara Mourinho mempermainkan mental Liverpool yang berujung 'Gerrard's Slip').
Di sisi lain, Newcastle United tengah bersinar dan mencuri perhatian di Inggris. Semenjak pergantian tahun kemarin, klub kaya baru itu langsung menciptakan rekor bagus. Mereka tak terkalahkan dalam sembilan laga di liga, dan beranjak menjauh dari zona degradasi. Hasil positif itu tentunya memberi energi lebih untuk Bruno Guimaires, dkk.
Situasi yang bertolak belakang itu tentunya menjadi kunci dari keraguan bahwa Chelsea akan memenangkan laga. Namun, rupanya apa yang terjadi di atas lapangan berbeda jauh dan di luar prediksi.
Bermain di bawah tekanan (apalagi tekanan yang berasal dari luar sepakbola), Chelsea justru bermain habis-habisan. Newcastle pun tidak ingin rekor bagus mereka putus di tangan klub yang nasibnya kini tengah terkatung-katung karena ketidakjelasan masa depannya.
Permainan alot yang saya kira akan berakhir seri (0-0) itu akhirnya menemui puncaknya ketika sontekan Kai Havert membobol gawang 'The Magpies' semenit sebelum bubar waktu normal, satu-satunya gol yang tercipta pada pertandingan itu.
Saya tidak melihat Abramovich ada di tribun Stamford Bridge, tapi saya yakin jika ada Abramovic di sana, ia akan bertepuk tangan kegirangan melihat mental pantang menyerah dari anak-anak asuhnya tersebut.