Lihat ke Halaman Asli

Maria Wona

Mahasiswa

Di Balik Ampas Kopi

Diperbarui: 14 Maret 2021   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Usai kau seduh dinamika
Menyaksikan pertemuan semesta
Pahit dan manis menyatu dalam tegukan
Kau hapuskan surat sakti dengan darah penghabisan

Teguh meneguk setelah bertapa
Dengan doa yang membakar dada
Kau kecup puisi ini dengan bibir penuh kedamaian
Mencecap aroma paling pekat selain pengkhianatan

Ceritamu kusut di tubuh semesta
Saat kita saling ingkar dan merawat lupa
Bukan ingat yang berujung pada persahabatan
Antara manusia dan nestapa bersanding kehidupan

Sekali kau teguk kalimat isi dada
Merawat kental dalam pekatnya romantika
Dalam tepi yang berujung  bibir penantian
Hingga doa mengerang dalam penindasan

Sebab rindu sering mencipta murka
Membengal kata-kata tanpa mengeja
Sedang retorika menghasut kemanusiaan
Dan terpenjara di bawah ruang kebebasan
 
Kau hanya akan menjadi manusia
Yang paham atas sejarah dan cinta
Melebamkan tubuhmu dan memberikan kesembuhan
Ayat-ayat kopi mati di balik penghabisan

Sisa hanya remah-remah dosa
Yang tersirat dalam surat tanpa suara
Diam dalam tangisan penuh kepasrahan
Kau hanya ampas tanpa makna tanpa harapan

Maria Wona




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline