Work overload dalam profesi perawat mengacu pada situasi di mana perawat diberikan beban kerja yang melebihi kapasitasnya. Work overload merupakan bagian dari job stress.
Hal ini terjadi ketika perawat diberi terlalu banyak tugas dalam waktu yang terbatas, sehingga perawat merasa kewalahan dan sulit menjalankan tugas-tugasnya secara efektif. Work overload dapat mencakup berbagai hal, seperti jumlah pasien yang banyak, jadwal kerja yang padat, tuntutan administrasi yang tinggi, sumber daya perawat yang tidak sebanding dengan tuntutan pekerjaan, tingkat staf perawat yang rendah/tidak memadai, shift ≥ 12 jam, fleksibilitas jadwal yang rendah, tekanan waktu, konflik tugas, rendahnya otonomi, stigma yang beredar, rendahnya hubungan perawat dengan interprofesional kesehatan lainnya, buruknya dukungan supervisor sehingga berdampak terhadap peningkatan angka turnover perawat (Chiara Dall’Ora et al., 2020).
Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 1998–1999 di lima negara pada lebih dari 43.000 perawat, ditemukan bahwa 17 persen hingga 39 persen perawat responden berencana meninggalkan pekerjaannya atau turnover dalam kurun waktu satu tahun karena tuntutan pekerjaan (Pascale Carayon & Gurses, 2008). Hal ini membuktikan bahwa beban pekerjaan yang berlebihan atau work overload berdampak negatif terhadap kepuasan kerja perawat yang berkontribusi terhadap tingginya turnover dan kekurangan perawat. Dalam kondisi work overload, perawat juga sering mengalami tekanan fisik dan mental yang berlebihan yang dapat berdampak negatif pada kinerja mereka sehingga memicu efek burnout.
Work overload berdampak negatif bagi perawat. Para perawat ini sering kali menanggung beban kerja yang berat dan jumlah staf yang tidak memadai, sementara keamanan kerja dan remunerasi mereka dibatasi oleh batasan kontrak (Jackson, 2021). Selain itu, ketidakamanan kerja juga sering terjadi, dengan banyak perawat di rumah sakit umum dilaporkan memiliki kontrak jangka pendek dengan gaji lebih rendah (Villanueva, 2023). Rasio perawat-pasien yang besar ini dapat menyebabkan pergantian shift berlangsung selama 12 hingga 16 jam tanpa upah lembur (Villanueva, 2023). Oleh karena itu, work overload menyebabkan perawat mengalami burnout, peningkatan angka turnover, dan keterbatasannya sumber daya perawat dalam sistem kesehatan.
Work overload merupakan faktor utama penyebab tingginya angka turnover di kalangan perawat. Tingkat turnover yang tinggi mengarah pada permasalahan kekurangan jumlah perawat dalam sistem kesehatan. Hal ini didukung sebuah penelitian selama kurun waktu 3 tahun berturut-turut pada 2015-2017 menunjukkan bahwa tingkat turnover perawat yang keluar dari Rumah Sakit Awal Bros Batam atas kemauan sendiri adalah sebanyak 15,4%, 14,3%, dan 18,9%. Penelitian ini menunjukkan terdapat peningkatan angka turnover yang tinggi diatas 10% (Christina, 2023). Tingkat turnover yang tinggi berdampak negatif pada kontinuitas perawatan pasien serta memberikan beban lebih pada perawat yang tetap bertahan. Work overload dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental perawat yaitu kelelahan fisik dan burnout.
Kelelahan adalah masalah besar dalam profesi sosial, terutama dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia yang memicu efek burnout (Jourdain & Chênevert, 2010). Burnout adalah keadaan kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh ketidaksesuaian jangka panjang antara tuntutan pekerjaan dan sumber daya pekerja dan secara konsisten dikaitkan dengan niat perawat untuk meninggalkan pekerjaannya profesi (Farinaz Havaei et al., 2015). Menurut konseptualisasi Maslach, burnout merupakan respon menghadapi stres berlebihan yang ditandai dengan hilangnya perasaan akibat telah terkuras secara emosional dan kurangnya sumber daya emosional (Maslach et al., 2001). Hal ini mengakibatkan kelelahan emosional yang mengakibatkan respons negatif dan tidak terikat terhadap orang lain serta hilangnya idealisme diri. Selain itu burnout juga mengakibatkan timbulnya perasaan depersonalisasi yakni penurunan perasaan akan kompetensi dan kinerja di tempat kerja sehingga mengakibatkan menurunnya prestasi perawat (Maslach et al., 2001).
Burnout dapat memiliki dampak serius pada kinerja perawat profesional. Ketika perawat mengalami burnout, mereka cenderung kehilangan motivasi dan antusiasme dalam melakukan tugas mereka. Mereka mungkin merasa lelah secara fisik dan mental, sehingga tidak dapat memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien. Dampaknya adalah menurunnya kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan dan meningkatkan risiko komplikasi atau kesalahan dalam perawatan medis. Tingkat burnout yang tinggi pada perawat juga dapat meningkatkan risiko kesalahan dalam pemberian perawatan. Ketika perawat mengalami kelelahan fisik dan mental, mereka mungkin menjadi lebih rentan terhadap kesalahan seperti memberikan dosis obat yang salah atau melakukan prosedur medis dengan kurang hati-hati. Kelelahan yang berkepanjangan juga dapat mempengaruhi kemampuan perawat dalam memantau kondisi pasien dengan seksama, yang dapat mengakibatkan penundaan dalam identifikasi gejala atau perubahan yang penting. Hal ini dapat berpotensi membahayakan keselamatan dan kesehatan pasien.
Work overload yang memicu efek burnout dapat diatasi sehingga menurunkan angka turnover. Work overload dalam profesi perawat dapat diatasi dengan menerapkan beberapa strategi efektif. Pertama, mengelola waktu dengan baik dan efektif adalah kunci utama untuk mengurangi beban kerja yang berlebihan. Perawat perlu merancang jadwal yang terstruktur dengan selalu memprioritaskan dan mendahulukan tugas-tugas yang paling penting. Dengan mengelola waktu dengan baik, perawat dapat menghindari perasaan kelelahan dan meningkatkan efisiensi kerja mereka. Kedua, menggunakan teknologi yang tepat juga dapat membantu mengatasi work overload.
Perawat dapat memanfaatkan sistem yang mengotomatisasi beberapa tugas, sehingga waktu dan energi mereka dapat lebih fokus pada pelayanan pasien. Dengan menggunakan teknologi yang tepat, perawat dapat menghemat waktu dan energi yang dapat dialokasikan untuk memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien. Ketiga, meningkatkan keterampilan delegasi juga sangat penting dalam mengatasi beban kerja yang berlebihan.
Perawat perlu belajar untuk mempercayai anggota tim lainnya dan membagi tugas secara adil. Dengan melakukan delegasi yang efektif, perawat dapat mengurangi beban kerja individual dan memberikan kesempatan bagi anggota tim lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Keempat, memperkuat dukungan tim dapat membantu mengatasi work overload. Kolaborasi tim yang baik bisa mengurangi beban kerja individual dan memberikan rasa saling mendukung dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dengan memperkuat dukungan tim, perawat dapat merasa lebih didukung dan mampu menghadapi work overload dengan lebih baik.