Apakah popok bekas dapat mencemari lingkungan? Mengapa popok bekas dapat mencemari lingkungan? Banyak orang tua yang akan menanyakan hal ini karena belum mengetahui apa dampak buruk popok bekas bagi lingkungan. Popok bayi adalah salah satu kebutuhan utama si kecil yang memiliki peranan sangat besar bagi si kecil yang berusia 0 bulan sampai 4 tahun. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2023 mengestimasi bahwa 10,91% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 30,2 juta jiwa merupakan anak usia dini yang berusia 0-6 tahun, dan 71,17% diantaranya atau sekitar 21,4 juta merupakan anak usia 0-4 tahun.
Rata-rata penggunaan popok satu anak di Indonesia mencapai 6-8 popok sehari. Jika dihitung penggunaan popok satu anak akan mencapai 240 popok per bulan atau 2.190 per tahun, maka jika dikalikan dengan jumlah total anak usia 0 bulan-4 tahun di Indonesia akan menghasilkan sampah popok bekas yang sangat besar. Bayangkan jika popok bekas tersebut tidak dikelola dengan baik dan menjadi sampah yang mencemari lingkungan, hal ini akan merugikan baik dari sisi kesehatan masyarakat dan merusak kesehatan lingkungan di Indonesia.
Popok mengandung 3 senyawa kimia yaitu Super Absorbent Polymer, plastik dan serat. Super Absorbent Polymer merupakan bahan yang mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air dalam volume besar. Hal ini membuatnya ideal digunakan sebagai penyerap air seperti pada popok bayi (Elliot,2017). Namun Super Absorbent Polymer memiliki potensi mencemari lingkungan karena wujudnya yang berbentuk gel dan apabila terkena air akan sangat sulit sekali terurai karena untuk terurai secara sempurna Super Absorbent Polymer membutuhkan waktu 250-500 tahun. Selain Super Absorbent Polymer popok juga terbuat dari plastik dan serat. Banyak dari masyarakat yang masih membuang popok bekas ke sungai dan laut, hal ini akan sangat berbahaya bagi lingkungan karena serat dan plastik pada popok bekas membutuhkan waktu lama untuk terurai dan jika menumpuk dalam waktu yang lama dan skala yang besar akan menyebabkan terjadinya banjir dan mencemari ekosistem serta biota sungai dan laut.
Lalu bagaimana cara mengolah popok bekas dengan benar agar tidak merusak lingkungan? Apakah pengolahannya dapat dilakukan dirumah? Tentu! Kita dapat melakukannya dirumah dengan cara yang sederhana. Berikut cara pengolahan popok dengan baik dan benar :
1. Cuci popok yang mengandung feses dan urin si kecil dengan air mengalir dan pastikan seluruh kotorannya telah hilang dan popok kembali bersih.
2. Gunting popok bekas yang telah dicuci dan pisahkan antara gel Super Absorbent Polymer dalam popok dengan serat dan plastiknya.
3. Campurkan Gel Super Absorbent Polymer yang telah dipisahkan dengan media tanah dan air pada tanaman di rumah. Gel Super Absorbent Polymer ini memiliki keunggulan yang sangat baik bagi tanaman karena bisa mempertahankan kandungan air hingga 3 hari sehingga kelembapan dan kandungan air pada tanaman dapat tetap terjaga.
4. Keringkan dan kirimkan serat dan plastik popok bekas yang telah dipisahkan dari Gel Super Absorbent Polymer kepada Bank Sampah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia untuk diolah menjadi kertas daur ulang. Serat yang terdapat pada popok bayi ini dapat di daur ulang di Bank Sampah untuk menjadi kertas daur ulang. Selain itu, plastik pada popok bekas juga dapat di daur ulang di Bank Sampah menjadi bahan bakar briket Refuse Plastic Fuel (RPF).
Ternyata sampah popok bekas bayi sekali pakai jika kita kelola dengan baik dapat menghasilkan banyak manfaat bagi masyarakat dan bagi kesehatan lingkungan. Yuk kita kelola sampah popok bekas bayi mulai dari rumah!
Refrensi :