“Papa, selamat pagi! Apa kabarmu di sana? Semoga harimu menyenangkan ya pa! Pa, jangan lupa jaga kesehatan papa! Peluk ciumku yang paling manis dari putri kecilmu ini untukmu, papa..”
Itulah sebuah pesan singkat sederhana dariku yang biasa ku kirimkan padamu, papa. Aku tak tahu apakah kau bosan membacanya pesan singkatku itu tiap pagi. Tapi yang aku harap, kau bisa tersenyum saat membaca kabar anakmu di sana baik-baik aja. Aku pun juga berharap demikian pula, kala kau membalas pesan singkatku, kalau kau dalam keadaan baik-baik saja, papa.
Hari ini adalah hari Sabtu. Hari dimana aku sedikit meninggalkan pekerjaan harianku di kantor. Setelah 5 hari aku bekerja dari pagi hingga menjelang petang, aku baru tiba di kamar kos ini. Mungkin aku di kamar ini hanya sekedar untuk melepas lelah setelah seharian menghabiskan waktu bekerja seharian di depan laptop. Mungkin juga di kamar kos ini aku hanya sekedar menumpang istirahat dan memulihkan tenaga untuk memulai pekerjaanku esok harinya. Di hari Sabtu ini, entah mengapa ingin rasanya aku mengekspresikan rasa malas sesekali ini. Sambil menikmati secangkir coklat panas kesukaanku dan membuka album foto lama. Entah mengapa kali ini aku ingin membuka album foto itu. Karena biasanya yang menjadi sahabatku di kala rasa malas datang menghampiri adalah sebuah novel. Tapi entah mengapa kali ini pikiranku ini lebih tertarik dengan album foto lawas itu. Di album itu ada banyak foto, dimana aku dengan seorang laki-laki yang menjadi cinta pertamaku sejak diriku kecil. Ya, dialah papaku.
Aku pun mulai memandangi satu per satu foto itu. Sambil mengingat kembali memori yang masih tersisa di dalam pikirku tentang foto-foto itu. Sambil membolak-bolik halaman demi halamaan, aku pun berkali-kali tersenyum. Ya tersenyum saat memandangi foto-foto itu. Dimana aku terlihat sangat manja di pelukannya itu. Oh, itulah kenangan. Aku pun tak henti berulang kali tersenyum saat membuka halaman demi halaman album itu.
Hingga aku berhenti di suatu halaman album itu. Dimana ada sebuah yang membuatku tak berhenti untuk memandanginya. Ya sebuah foto dimana ada aku dan kau, papa. Dimana saat itu kau mengajak ku pergi ke sebuah taman. Di sana kau mengajakku berbaring di hamparan rumput hijau di taman itu. Kau pun berulang kali menggodaku sambil mencium keningku ini. Ah sungguh tak bisa ku bayangkan betapa manjanya aku saat itu berada di sampingmu. Sambil melihat cerahnya langit ditemani semilir angin sejuk yang berhembus sore itu. Lagi-lagi aku tersenyum, saat menyaksikan foto dimana aku batin ini pun berharap ingin merasakan kembali pelukan hangatmu seperti saat itu, oh papa. Aku pun lalu menutup album foto lawas itu. Dalam hati aku pun berkata, “ Ah Tuhan aku berharap kiiranya Engkau selalu menjagai seseorang yang menjadi cinta pertamaku itu.”
Papa, peluk ciumku yang paling manja untuk mu, papa. Papa, I miss u.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H