Lihat ke Halaman Asli

Maria Puspasari Perdana

Post-Grad Student | Author

Bisnis Daring di Era Digital

Diperbarui: 20 April 2019   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Keberadaan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini dibarengi dengan pertumbuhan penggunanya yang selalu meningkat di tiap tahun. Berdasar data yang dihimpun dari hasil kolaborasi antara Hootsuite dan We Are Social pada Januari 2019 lalu, pertumbuhan pengguna internet dunia meningkat sebesar 366 juta, begitu pula dengan jumlah pengguna media sosial aktif yang bertambah 288 juta dalam kurun waktu satu tahun. 

Di laporan yang sama menunjukkan peningkatan pengguna teknologi internet juga terjadi di Indonesia, di mana angka pengguna internet naik 13% ke angka 150 juta (132,7 juta di 2018) dan pengguna media sosial aktif naik 15% ke angka yang sama (130 juta di 2018). 

Dengan lebih dari setengah penduduk Indonesia telah memanfaatkan teknologi media baru (total penduduk Indonesia sebesar 268,2 juta pada 2019), internet dan media sosial menjadi lahan yang menggiurkan dan potensi keuntungan bagi para pebisnis (Permadi dan Rahyaputra, 2018). 

Pemanfaatan teknologi media baru dapat mengakomodasi para pebisnis dan wirausahawan dalam mengembangkan bisnisnya ke berbagai wilayah dan lapisan masyarakat. Akan tetapi, penggunaan media baru tidak selamanya berimbas baik. Media sosial juga membawa tantangan sendiri bagi para wirausahawan.

Perluasan dan pengembangan bisnis wirausaha dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi memunculkan apa yang kemudian disebut dengan technopreneurship atau kegiatan wirausaha berbasis teknologi (Syarif H, 2016) yang mampu berkarya dengan kreatif dan masih menghasilkan keuntungan (Soegoto, 2010). 

Dengan banyaknya penduduk Indonesia yang menggunakan media sosial dan menghabiskan rata-rata tiga jam 26 menit di sosial media (Kemp, 2019), keterjangkauan bisnis ke seluruh pelosok negeri hingga peluang pendapatan menjadi lebih besar. Dengan penggunaan tagar dan kata kunci tertentu, penjual dapat menjangkau banyak calon pembeli yang mencari produk dan/atau jasa serupa. 

Bahkan marketplace besar seperti Tokopedia tetap memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan situsnya agar meraih lebih banyak calon pembeli (Alfarizi, 2019). Kampanye-kampanye brand lain juga banyak dilakukan di media sosial untuk menarik perhatian pelanggan. 

Selain itu, kerja sama dengan influencer yang memang sudah aktif dan memiliki banyak pengikut di media sosialnya menjadi salah satu alternatif yang digunakan oleh brand untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Di samping penggunaan media sosial yang luas oleh masyarakat Indonesia, alasan pentingnya pemanfaatan media sosial oleh para wirausahawan adalah karena adanya faktor interaksi langsung dengan audiens yang dapat berujung pada timbal balik atas produk dan/atau jasa yang digunakan dan keefektifan dalam menjangkau masyarakat luas serta berbiaya rendah (Prabawanti dan Herman, 2019). 

Beberapa akun media sosial bisnis di Indonesia memanfaatkan media Instagram dalam mempromosikan produknya, seperti Brodo Footwear yang telah memiliki lebih dari 400 ribu pengikut. Selain itu, Brodo Footwear juga menggunakan akun media sosial lainnya seperti Line Messenger dan Whatsapp untuk memperluas jangkauan ke pelanggannya. Melalui ketiga media tersebut, Brodo Footwear dapat juga secara langsung berinteraksi dengan pelanggannya. 

Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk mengunggah konten di media sosial cenderung murah bahkan tidak berbayar sama sekali. Tetapi, Instagram memiliki fitur bagi akun bisnis untuk mempromosikan konten dan akunnya dengan bayaran mulai dari Rp 10.000,00 per hari tergantung dari jangkauan dan durasi promosi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline