Ia mesti berlari menghindar. Rasa sakit tak tertahankan, tetapi ia harus terus berlari. Luka robek bagian kiri badannya terasa nyeri. Sesekali ia mengerang keskitan. Selebihnya ia mencoba menahan!
"Kita harus berpencar. Kamu ke sana, kamu ke situ," pinta salah satu dari mereka.
Vana meringkuk di balik tumpukan karung. Ia menahan nafas saat lelaki tegap itu mendekat. Vana berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Sekalipun nanti kalah setidaknya sudah berjuang. Langkah kaki itu terus mendekat.
Vana terus memperhatikan lelaki tegap itu. Rejeki baginya, seseorang dari mereka memanggil.
"Jalang itu sepertinya tidak di sini."
Vana menarik nafas lega. Ia luput!
"Uuuemmm," suaranya tertahan.
Lelaki itu membekap mulutnya. Vana mencoba memberontak.
"Agh!" suara mengerang.
Vana bangkit. Satu tikaman lagi hendak ia tancapkan.
"Stop, Vana, ini aku," Dery menahan sakit dengan nafas tersengal.