Hidupnya benar-benar berat. Cinta yang katanya sumber bahagia, tidak ramah padanya. Selalu saja ada masalah saat ia benar-benar jatuh cinta.
"Apa kekuranganku?" Asaf menahan kesal.
Masayu terdiam lama. Ia masih setia menunggu jawabannya. Setidaknya ia tahu untuk perubahan dirinya untuk hubungan yang mungkin dijalin sesudahnya. Atau sekedar bahan renungan mengisi kesedihannya.
"Aku tidak bahagia denganmu. Keinginanku tidak terpenuhi," jawab Masayu.
"Katakan bagaimana cara membahagiakanmu?"
"Tak perlu ditanyakan, Asaf, kamu mesti menyadarinya," jawab Masayu dengan kecut.
"Apa karena aku tak berduit?"
Masayu terdiam. Pergolakan batinnya menderu. Ia tidak mungkin mengiakan kalimat Asaf, meskipun itu kebenarannya. Asaf masih tak percaya, Masayu mengakhiri hubungan mereka. Tak ada yang kurang menurutnya. Sebagai pria yang mencintai dengan segenap hati, ia merasa sudah memberi semuanya.
"Katamu selalu mencintaiku apa adanya, Yu. Ternyata tidak. Tak apalah, Yu. Aku terlalu berharap padamu," kata Asaf dengan pelan seraya menahan sesak.
Masayu mencoba mendekat. Ia ingin Asaf menghargai keputusannya. Perubahan pikirannya tentang cinta seiring logikanya ikut andil. Dulu Masayu dibutakan oleh hatinya.
"Jemput aku," Asaf menghubungi seseorang.
Tak berselang lama, sebuah Rubicon mendekat. Masayu sempat memperhatikan. Sang sopir membungkuk menyilakan Asaf naik. Masayu ternganga.
"Asaf mengujiku selama ini," gumamnya.
Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi! Suara telepon terputus saat Masayu menghubungi.
09 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H