"Kamu yakin menerimaku apa adanya?" tanya Delina dengan lembut.
Seolah pertanyaan itu sudah lama tersimpan, baru menanyakannya. Ia mengehembuskan nafas lega.
"Apa aku terlihat main gila selama ini, De?" Raymond mendekatinya. Mengusap lembut pipinya,"Apakah kamu ragu, De?"
Delina hanya tersenyum. Raymond, pria gagah nan lembut itu sukses merengkuh dingin hatinya. Tak disangka, Ray, menerima kekurangannya.
"Aku percaya kamu, Ray," bisiknya.
Senja kini berlalu, tidak dengan kemesraan yang terajut. Raymond tak melepas pandangan. Ingin sekali ia mengecup bibir merekah itu.
"Belum saatnya, Ray," ucap Delina seolah memahami ekspresinya.
"Tak sabar, De," katanya.
Ray hanya tersenyum. Dengan terpaksa ia menenggelamkan libidonya.
"Delina kan?" tiba-tiba seorang perempuan muda datang.
"Ya...," Delina gelagapan.