Lihat ke Halaman Asli

M. Hamse

Hobi Menulis

Fiksi Mini: Debu dalam Senja Kelabu

Diperbarui: 12 Juni 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac


       Tak ada yang dapat dipercaya dari hubunganku dengannya. Awal yang penuh warna berubah melayu. Akar cinta yang menguat kini merenggang. Entah siapa yang salah? Pengorbananku hanyalah debu baginya. Syair-syair puitis yang terlahir dari hati dianggap goresan yang tak bermakna.
        Senja makin kelabu diiringi rintihan yang terdalam. Pesona senja kian memudar dan menghilang.
        "Ada apa denganmu? Kamu putuskan hubungan ini tanpa sebab! Bukankah asap ada karena api?" tanyaku sesaat setelah ia memutuskanku.
        "Terkadang kita melepaskan sesuatu tanpa sebab," katanya.
        "Kamu menggores luka di hatiku," kataku kesal.
        Ia terdiam seolah tak ada apa-apa. Ia biasa saja. Aku mengartikannya, ia tidak mencintaiku. Artinya, aku mencintai bayangannya.
        "Lukaku lebih perih darimu!" katanya sambil mendekat dan menatapku.
         "Ekspresimu tidak menunjukkan itu! Kamu menganggapku debu," kataku.
         "Bukankah aku debu bagimu?" katanya.
          "Kamu memutuskanku. Aku tentu debu bagimu!" nadaku meninggi.
          Ia tersenyum dan menatapku. Aku makin kesal melihat senyum pengkhianatannya. Aku muak!
        "Kamu tahu aplikasi apa ini? Tahu?" katanya sambil membuka aplikasi itu. Ia menunjukkanku sesuatu. Pesan whatsapp-ku dengan Tania lengkap di ponselnya. Aku mematung dan membisu.
       "Aku debu bagimu kan?" katanya dan ia menangis.

08 Juni 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline