Aku lelah mencintainya! Luka-luka dan pilu tak henti ditaburkan di hati. Tak apa, itu risiko bermain cinta. Duka dan luka, telah menghantam kedamaian.
"Kita berhenti di sini," katanya.
"Ya. Aku pun lelah," kataku.
"Lelah? Selama ini kamu tidak mencintaiku?"
"Kenapa tidak?"
"Kamu bilang lelah," jawabku.
"Ya. Aku lelah. Aku butuh waktu memahamimu," kataku lagi.
Ia terdiam dan terlihat menangis. Aku mendekat dan ingin mengusap air matanya.
"Jangan mendekat," katanya dingin.
"Aku menguji kesetiaanmu. Ternyata kamu benar-benar ingin mengakhiri ini," katanya lagi.
"Aku hanya lelah," kataku.
"Kembalikan mobil pemberianku, hadiah ulang tahunmu kali lalu," katanya.
Nyatanya kita tidak mungkin terus bertahan pada apa yang tak berkesudahan, maka biarkan secangkir kopi mendingin dengan sendirinya.
"Tumpahkan saja," katamu mengakhiri segala.
Puisi "Biarkan Saja" karya Itha Abimanyu
"Maaf," kataku sambil menyerahkan kunci mobil.
Aku tak bisa sembunyikan air mata yang jatuh perlahan. Kegamangan kian mencuat. Ia tampak kesal dari raut wajahnya yang kerut.
"Kamu serius?"
Pertanyaan itu mendiamkanku. Aku menatapnya, melihat kembali bening matanya yang sempat memberi kebahagiaan.
"Bercanda...bercanda...," kataku sambil berekspresi layaknya anak kecil.
23 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H