Lihat ke Halaman Asli

M. Hamse

Hobi Menulis

Fiksi Mini: Banyu Setan

Diperbarui: 17 Mei 2024   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Diskusi singkat malam itu membuahkan kesepakatan. Semuanya setuju, termasuk aku yang tak sabar lagi menikmati malam panjang ini.

         "Di sini sepi. Kalau tadi kita di perempatan jalan tidak enak dengan warga," kata salah satu temanku, Rudi.

         "Siapa yang pergi beli?" tanyaku.

         "Anak desa sini. Kita mana tahu di mana jualnya," sahut Duro, salah satu temanku juga.

         Dalam malam yang menyepi, aku dan temanku menghabiskan waktu  di pemandian umum desa itu. Suasana yang lengang. Cukup menyeramkan. Hanya ada setitik cahaya bulan yang mengintip di balik rerimbunan pohon. Mataku tertuju pada sebatang kayu besar yang kokoh merindangi pemandian itu.

         "Kolam ini unik, Mas. Malam hari airnya hangat. Pagi dan siang dingin," jelas Mas Dwi, putra asli desa itu.

        "Susah dijelaskan!" lanjutnya.

        Aku mengambil posisi duduk membelakangi kolam. Yang lain memilih menghadap kolam. Duduknya melingkar, khas anak muda nongkrong di pinggir jalan.

       "Mahasiswa KKN yang lain mana?" celetuk Mas Dimas, putra asli desa itu.

       "Tidak ikut, Mas. Tidak biasa, mungkin tidak suka nongkrong, apalagi ngombe banyu setan," jawab Rudi, temanku dari Pasuruan.

       "Besok kan bubar, masa tidak mau ngumpul," kata Mas Dimas lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline