Lihat ke Halaman Asli

M. Hamse

Hobi Menulis

Fiksi Mini: Cinta yang Teruji Waktu

Diperbarui: 15 Mei 2024   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

        Sepoi angin menerbangkan rambut hitam sebahunya. Ia tersenyum kepadaku dan mengecup pipiku. Aku tentu bahagia dan merasa dialah takdir untuk menemani hari tuaku. Dalam hati, syair romantis Ayah Tuah menggema. Aku mesti berterima kasih kepada beliau. Sungguh, syair yang mengena dan syahdu.

Aku akan belajar mencintaimu
Dan kau tentu tahu
Aku memang sungguh-sungguh mau belajar
Kita semakin mengerti
Bahkan untuk membuat sebuah garis lurus

("Perempuan, Aku Cinta" Karya Ayah Tuah, Mei 2024)

       "Jangan ragu, Ayah setuju. Ibu sangat bahagia, kamu jadi menantunya," katanya dan sekali lagi ia mengecupku.
      Aku menghembus nafas berat melepaskan kegerahan yang mengikat.
      "Ada apa?"
      Aku terdiam mendengar pertanyaannya. Cinta dalam hatiku sangat bergejolak dipersembahkan baginya. Hanya saja, itu cukup membebaniku.
      "Kamu tahu, cintaku luar biasa untukmu. Aku rela mengorbankan hidupku untukmu," kataku setelah terdiam.
      "Aku bisa merasakannya," jawabnya.
      "Apa masih mencintaiku seandainya aku bukan lagi aku yang kamu tahu?" tanyaku.
      "Ada apa denganmu?" tanyanya.
       "Itu mobil sewaan, tuksedo ini milik temanku. Semua yang kumiliki, bukan milikku, kecuali cintaku untukmu," jelasku.
        Ia hanya tersenyum menatapku,"Kamu seperti tokoh dalam film-film, berpura miskin, untuk mendapatkan cinta sejati," katanya.
        "Aku serius," kataku.
        "Jadi, kamu miskin?"
        "Ya," jawabku.
        Ia menatapku tajam. Sorot matanya bagai pisau yang siap menusuk. Aku hanya terdiam.
         "Aku tahu kamu berbohong. Cintamu tidak bohong kan?"
        Aku tertegun mendengarnya. Ia mendekat,"Kamu belum jawab pertanyaanku," bisiknya.
        Aku tersenyum fan memeluknya. Kubacakan syair indah goresan pujangga Itha Abimanyu "Senyummu".
...
Aku beli satu kenangan
Senyuman dari bibirmu
Yang sempat hilang disembunyikan waktu
Sampai di rumah
Hatiku begitu semringah
Lalu menutup semua pintu
Biar senyummu tak pergi lagi dariku

14 Mei 2024

       




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline