Rani mulai kecewa atas jalan hidupnya yang kian kelam. Kemalangan demi kemalangan ia terima. Satu kemalangan, bisa dihadapi, datang lagi, susah dijalani.
"Ran, aku tahu kamu mencintaiku. Tapi kamu pasti sadar, aku mencintai siapa," pesan Rendi pagi tadi via whatsapp.
Sakitnya tak tertahan tentunya. Rani terisak di kamar sejak pagi. Ia putar kembali kenangannya bersama Rendi. Rasanya sesak mengenang itu semua.
"Cindy, kamu melukai hatiku, hancurkan hidupku!" gumamnya.
Ia meyakini, Cindy penyebab kandasnya hubungan ini. Apalagi kemarin sore, ia mendapati Rendi dan Cindy berduaan di warung kopi. Hujan di pelupuk mata masih menumpuk. Kesedihan hebat melanda hatinya.
Ponselnya berdering, Rani enggan menjawabnya. Apalagi nama yang tertera di layar ponsel itu, Cindy. Inginnya ia membanting ponsel itu. Hanya saja, itu ide yang teramat bodoh.
"Ting," notifikasi pesan masuk.
Rani mengucek matanya untuk memastikan. Puluhan foto itu terlihat jorok. Beberapa kali, Rani mual menatapnya. Rendi bermesraan dengan Radit di sebuah kafe. Ada juga vidio, yang dikirimi Cindy, saat Rendi mengutarakan cintanya kepada Radit.
"Dasar pelangi!" umpat Rani.
28 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H