Lihat ke Halaman Asli

M. Hamse

Hobi Menulis

Fiksi Mini: Indah Pada Waktunya

Diperbarui: 5 Maret 2024   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ayahku tersenyum bangga saat pembangunan rumahku selesai. Mungkin ayah tak percaya aku bisa sesukses ini. Semua pencapaian ini berkat didikan ayah, tentu doa ibu juga.

"Kamu hebat, Nak!" kata ayah sambil menepuk bahuku.

"Tanpa Ayah, aku bukan siapa-siapa," jawabku.

"Oh, begitu. Ibu tidak hebat?" ibu protes.

Aku tersenyum padanya. Aku mengecupnya, memeluknya, merasakan kembali kehangatan darinya.

"Doa Ibu luar biasa. Makasih, Bu," bisikku di telinganya.

Aku meyakini usaha keras, keteguhan hati, dsn dukungan keluarga membuatku menikmati bahagia. Aku hanya debu tanpa itu.

"Yang, ayo!" ajak istriku.

"Bentar, Yang, aku masih ngobrol sama ayah dan ibu," jawabku.

Anakku merengek meminta segera naik mobil. Ini gara-gara istriku, ingin jalan-jalan menikmati liburan. Anakku terus menangis, terpaksa aku menuruti. Aku mengajak ayah dan ibu. Namun, keduanya menolak. Kata mereka biarkan aku menikmati waktu hanya dengan keluarga kecilku. Hidup terasa indah pada waktunya.

Dering alarm berbunyi. Aku sangat terganggu. Mimpiku belum selesai. Aku masih mau habiskan waktu dengan keluargaku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline