Lihat ke Halaman Asli

M. Hamse

Hobi Menulis

Fiksi Mini: Bayangan Cinta

Diperbarui: 8 Februari 2024   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

     Nadia, keanggunannya tak bisa disandingkan dengan siapa pun! Cantiknya melebihi bidadari yang jatuh dari kayangan. Bukan main, parasnya meruntuhkan hakikat cinta. Pria mapan sekalipun berpikir seribu mendekatinya, apalagi menggodanya.

    "Ndi, aku yakin, sucinya cintamu melebihi, Romeo" kata Ary.
     "Ya. Terus kenapa engkau seolah ragu?" tanyaku.
      "Kamu tidak mengerti maksudku, Ndi?" tanya Ary lagi.
       "Ya," jawabku singkat.
       Ary mengambil ponselnya, menyodorkannya padaku.
       "Ngaca, Ndy!"
       Aku terkekeh,"Jadi menurutmu, parasku tak sepadan dengannya?" aku menggeleng tak percaya, hari gini kok wajah dinomor satukan.
      "Ya, em, maksudku, kira-kira begitu," kata Ary.
      "Lagian motor bututmu, apa ia, Nadia mau diboncengin? Kalau kawasaki ninja, mungkin," lanjutnya.
       "Ia cinta masa kecilku, Ry. Dulu kami deket, sering bersama. Aku yakin ia menyukaiku. Aku tahu dari sorot matanya saat menatapku," jelasku.
       Ary tersenyum tak percaya. Aku masih yakin atas cintaku. Kumantapkan hati menyambutnya di kafe ini, tempat yang dijanjikan untuk bersua dengannya.
     "Hai, sayang," sapa Nadia yang tiba-tiba datang.
      Aku gerogi,"Kok panggil sayang?" gumamku. Aku tersenyum dan menyembunyikan gerogiku.
       Ary berdiri dan memeluknya,"Yang, masih ingat ini? Andy, teman masa kecilmu."
       Aku terperangah. Wajahku memerah.
       "Andy? Oh, tentu aku ingat. Gimana kabarmu, Andy?" tanya Nadia.

8 Februari 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline