Lihat ke Halaman Asli

M. Hamse

Hobi Menulis

Fiksi Mini: Ketika Cinta Bersemi

Diperbarui: 30 Januari 2024   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

        Cinta yang kumiliki seperti pria umumnya. Bentuk konkritnya adalah selalu rindu, uring-uringan sebelum tidur, pegen ketemu setiap saat atau minimal mendengar suaranya lewat voice note whatsapp! Saking cintanya, aku merasa hampa jika tak bersua!
      "Aku tak peduli siapa dirimu, darimana asalmu, apa pekerjaanmu. Bagiku, dicintai olehmu hal yang luar biasa," ucapnya manis.
       Aku kaget bukan main mendengarnya. "Padahal masih ada wanita yang setulus ini," gumamku.
       "Apa orang tuamu setuju?" tanyaku ragu.
       Ia diam sesaat.
       "Kurang tahu juga," jawabnya.
       "Kok gitu? Tak pernah cerita tentangku kepada mereka?" tanyaku ingin tahu.
       Ia menggeleng,"Belum saatnya, Yang," katanya.
       Ia melemparkan senyuman manis padaku. Aku hanyut dalam buaian rekah bibirnya. Ada pikiran nakal menghampiri,"Seandainya kunikmati!" Ah, senakal itu pikiranku ini.
      Romantisku terganggu. Aku terbakar cemburu saat seorang pria seumuranku menghampiri.
      "Yang, ini, Satria, anakku," kenalnya.
       Aku terpaku. Pikiran berkecamuk.
       "Kamu Rio, kan? Jurusan Sastra Indonesia?"
        Satria, aku tahu. Sejurusan denganku, tapi beda kelas.
       "Ya," jawabku pendek.
       Olvia menatapku.
       "Maaf, aku tidak sempat jujur," katanya pelan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline