Kekasih yang Datang
Aku memastikan diriku dalam penampilan terbaik. Kubulatkan niat, blazer baru harus kukenakan malam ini. "Harusnya kamu kenakan itu di pernikahan kakakmu," kata ibu saat melihatku bersolek di depan cermin. "Yah, Ibu, kok tidak dukung sih?" jawabku. Ibu hanya tersenyum,"Pastikan kamu kenalkan ke Ibu." Pesan itu terbilang biasa, tapi maknanya sungguh luar biasa.
Aku sekali lagi memastikan penampilanku. Seperti kebanyakan lelaki, tentu aku ingin telihat keren dan berwibawa, meski kenyataanya biasa saja. Dering ponsel membuyarkan kesenangan pribadiku.Sedikit kesal, tapi itu pesan dari, Nina, kekasihku. "Aku dalam perjalanan ke kafe," pesannya. "OTW," balasku singkat. Aku bergegas mencari kunci motorku. Hilir mudik, tak ketemu. Aku mulai gerah. Aroma keringat mengusik. Aku ngos-ngosan. Kesal campur marah meningkat. Nina mengirimiku pesan lagi,"Sebentar lagi aku sampai."
"Ada apa? Kok macam sibuk sekali?" tanya ibu.
"Bu, apakah tahu di mana kunci motorku? Aku biasanya gantung di sini," kataku sambil menunjuk arah dinding tempat biasa aku menggantung kunci motor.
"Oh, anu, Kakakmu pinjam, motornya masuk bengkel," jelas ibu.
Hendak berteriak dan mengumpat, bukan saat yang tepat. Aku menenangkan diri. Mengambil ponsel, menghubungi kakakku, Stif. Aku menahan amarah, ketika panggilanku di-reject. Aku diam sejenak, mengolah pikiran mencari solusi. "Motor, Dika," gumamku.
"Aku ke rumahmu saja," pesan Nina. "Jangan," balasku singkat. Aku sibuk mencari kontak Dika, temanku. Bel rumah berbunyi. "Aska, bukain pintu, ada tamu," kata ibu dari dapur. Aku bergegas membuka pintu.
"Hai," sapa Nina. Aku terperangah. "Eh, calon mantu. Masuk, masuk," kata ibu ramah. Aku linglung. Ditambah Ridwan, kakakku menggandeng, Nina.
23 September 2023