Teknologi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah untuk tujuan praktis kehidupan manusia. Perkembangan teknologi di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang masif dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan tersebut mencakup berbagai bidang seperti teknologi informasi, kesehatan, hingga transportasi. Kendatipun demikian, perkembangan teknologi dalam bidang pertanian memiliki banyak tantangan dan hambatan. Polemik penggunaan teknologi dalam bidang pertanian telah menjadi topik yang cukup kontroversial.
Indonesia adalah negara agraris, dimana mayoritas penduduknya mencari nafkah pada sektor yang bergantung pada hasil bumi. Hingga Februari 2023, data tenaga kerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya 40,69 juta penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian masih menjadi harapan bagi pertumbuhan ekonomi negara ini. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pertanian memiliki peranan penting dalam menyokong ekonomi dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Penerapan teknologi sangat diperlukan untuk mendorong keberhasilan produktivitas usaha tani yang dihasilkan. Lalu, mengapa penerapan teknologi pertanian di Indonesia masih belum optimal?
- Terbatasnya Infrastruktur dan Akses Internet
Masih banyak sekali daerah di Indonesia yang belum memiliki infrastruktur dasar serta akses internet yang memadai sehingga menghambat petani untuk mengakses teknologi digital.
- Rendahnya Tingkat Pendidikan serta Kesenjangan Usia Petani
Banyak petani, terutama di daerah pedesaan, tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang formal. Dari 34 juta petani di Indonesia, 69% lulusan SD, tidak lulus SD, bahkan tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan petani seringkali berdampak pada keterbatasan akses terhadap informasi mengenai inovasi teknologi terkini dalam pertanian. Tidak hanya itu, mayoritas petani berusia 45-54 tahun sehingga cukup sulit untuk beradaptasi dengan teknologi mutakhir dan masih mempertahankan cara tradisonal untuk bertani.
- Kepemilikan Lahan Petani yang Kecil
Mayoritas petani di Indonesia memiliki lahan sebesar < 0,3 Ha sehingga penggunaan teknologi mekanis pertanian dinilai kurang optimal karena akan memakan biaya yang besar, baik dari pembelian hingga perawatan alat. Apabila petani hanya memiliki lahan yang kecil, penerapan teknologi tidak akan menambah pendapatannya, melainkan menambah pengeluarannya.
Sebagai negara agraris, pembangunan dan kemajuan pertanian harus menjadi fokus yang utama. Inovasi berkelanjutan diperlukan untuk mengatasi hambatan teknis di bidang pertanian. Teknologi pertanian yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan petani berskala kecil. Selain itu, pengembangan teknologi pertanian juga harus disesuaikan oleh daerahnya tersendiri karena permasalahan antara satu daerah dengan daerah lain tidaklah sama, mulai dari jenis tanah yang berbeda, suhu dan kelembaban yang berbeda, ketinggian dan topografi tempat yang berbeda, tingkat pendidikan dan ekonomi berbeda, hingga perkembangan sosial budaya yang berbeda. Pengembangan teknologi pertanian juga harus sejalan dengan pendidikan dan pelatihan khusus bagi petani sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang teknologi dan praktik pertanian modern. Pendampingan lapangan dan penyuluhan langsung juga akan sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman dan adopsi teknologi. Peningkatan pendidikan petani tidak hanya akan memberikan mereka akses terhadap teknologi yang baik, namun juga akan akan meningkatkan produktivitas serta mendukung pembangunan pertanian yang adaptif dan berkelanjutan.
Penerapan teknologi di sektor pertanian menjadi hal terpenting untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi serta keberlanjutan. Akan tetapi, penerapan teknologi ini tidak hanya melibatkan pekerjaan satu pihak saja, hal ini memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga penelitian.
Referensi:
Saraan MIK, Rambe RFAK. 2023. Kebijakan Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Presisi di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Kajian Agraria Dan Kedaulatan Pangan (JKAKP). 2(1): 1-5.