Lihat ke Halaman Asli

Hidup Itu Algoritma, Teman

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

saya merasa adalah salah berada di lingkungan teknik informatika. Saya terkadang muak dengan semua istilah yang mengganduli hari-hari saya hampir 3 tahun ini.

algoritma.


kata yang penuh aturan, penuh kemungkinan dan bahkan kepastian.  Hendak dibawa kemana inputan itu sehingga bisa menghasilkan outputan yang bisa diterima. Semua proses tergabung dalam balutan istilah yang membosankan. Variable, konstanta, type, looping, if, then, while, end, blablablaaaa.....

momok yang bisa dikatakan menakutkan, tapi sesungguhnya saya bisa melaluinya dengan tenang. Saya sekarang mulai tersadar akan satu hal. istilah membosankan itu ternyata terjadi dalam hidup saya. Semua kepastian dan ketidakpastian yang bergelayut dalam kurun waktu 21 taun ini.

ternyata algoritma itu ada dalam diri saya, hidup dan tumbuh bersama saya. Entah algoritma apa yang saya gunakan, mungkin Brute force, Greedy, A * atau algoritma saya sendiri.. Tapi ternyata kemuakan saya terhadap algoritma adalah salah. Saya masih berdiri disini karena algoritma dalam hidup saya. Saya punya kondisi while, saya punya kondisi if..

if saya terjatuh then

begin

menangis and mengadu

end;

saya akan bangkit;

end.



algoritma dalam hidup ternyata lebih rumit sangat-sangat jauh rumit dibanding semua yang saya pelajari dikuliah. Sungguh Hebat!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline