Lihat ke Halaman Asli

HARI INI, tak ada alasan untuk tidak bersyukur

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pagi hari

perjalanan menuju kesbanglinmas di daerah tugu melewati beberapa lampu merah. seorang ibu berbadan gendut menggendong bayinya berjalan dari satu pintu mobil ke pintu mobil lainnya. dia masih muda. bayinya tidur dalam gendongan. berbekal kicik- kicik dari tutup botol dan suara nyanyian yang terdengar tidak jelas. aku memperhatikannya lekat- lekat sampai lampu hijau menyala. ahh....

siang hari

dia berjalan perlahan menyusuri jalan kaliurang. lelaki paruh baya dengan pikul di pundaknya. di ujung pikul tergantung tali pengikat bantal bantal jajaannya. jumlahnya kira- kira sepuluh di depan, begitu juga di belakang, masih imbang. sepertinya belum ada berkurang. siang ini panas terik. ahhh...

sore menjelang malam

aku melihat orang buta turun dari bus transjogja di halte monjali. dengan bantuan petugas jaga halte busway, dia turun, tergopoh gopoh memasang tongkatnya. petugas jaga halte menanyakan tujuannya, dia menjawab hendak ke nandan. itu artinya dia harus menyeberang. dituntun petugas jaga dia turun keluar halte sampai di pinggir jalan raya dan berjalan amat perlahan menyusuri jalan.

(aku masih terus memandanginya hingga sosoknya terlihat kecil, sambil membayangkan.... ah... apa yang ada dalam pikirannya ya....)

limabelas menit kemudian

bus transjogja jalur IIB yang kutumpangi memasuki terminal bis condongcatur, petugasnya segera berdiri dan mengumumkan halte yang akan dimasuki dan memberitahu nomor bus apabila ada penumpang yang akan transit. aku bersiap turun karena aku harus transit dan melanjutkan dengan bus transjogja nomor 3B. memasuki halte yang penuh sesak dengan penumpang yang juga transit. beberapa ada yang duduk di kursi yang disediakan, sementara aku dan beberapa orang lagi terpaksa berdiri.

tak lama bus yang ditunggu, nomor 3B datang. penumpang turun, berikut calon penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan masuk berjejal-jejal. bus penuh. bahkan tempat berdiri pun sudah sesak. dengan sigap aku sentuh pegangan tangan tepat di atas kepalaku. berdiri di depanku, seorang perempuan. masih muda, mungkin masih kuliahan semester awal. dengan susah payah tangannya meraih pegangan tangan yang tergantung di atas. setelah menggapai- gapai, akhirnya usahanya meraih gantungan berhasil. sekarang posisi tangannya lurus ke atas disamping kupingnya.

kuperhatikan tanganku yang juga berpegangan dengan gantungan, masih membentuk sudut kira- kira 100 derajat..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline