Korban ledakan di Sarinah, Kamis (14/1/2016). (Kompas.com/Twitter @Abay_Last)
Jakarta dibuat tegang oleh para teroris yang meledakkan bom di Starbucks dekat Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/01/2016) siang tadi. Ledakan yang menghancurkan berbagai tempat umum pun membuat panik seluruh wilayah yang berada di dekat tempat kejadian, seperti siswa Sekolah Santa Theresia yang berada di belakang Sarinah.
Berita yang sudah tersebar luas itu membuat panik para orangtua sehingga membuat ruang tata usaha penuh dengan berbagai panggilan dari para orangtua siswa yang panik. Ada baiknya untuk berwaspada, sekolah pun bergerak cepat dan mengarahkan seluruh siswa untuk menelepon orangtua untuk segera pulang. Para guru pun menghimbau para murid untuk tidak pergi nongkrong –seperti tabiat sehari-hari para siswa- untuk menunggu jemputan, dan hanya boleh berada di dalam kelas kalau belum dijemput.
Terdengar Ledakan
Beberapa siswa SMP Santa Theresia ternyata mendengar ledakan yang berada kurang dari 500 m dari lokasi tersebut. Ledakan yang terdengar sekitar pukul 10.30 WIB itu tidak dihiraukan karena hanya terdengar dentuman biasa dan tidak ada yang berprasangka itu merupakan suara bom yang berasal dari Starbucks. Banyak yang mengira ledakan itu merupakan suara barang jatuh atau suara lainnya. Kejadian tersebut baru disadari ketika berita tersebar luas dan bagian perpustakaan yang pertama menerima informasi tersebut dari radio dan berita internet lainnya, segera melaporkannya ke seluruh guru SD, SMP, SMA/K.
Setelah wilayah tersebut terevakuasi sekitar hampir lima belas menit setelah terdengar suara bom, dari gedung sekolah dapat terdengar terus suara helikopter dari pasukan khusus negara (berwarna hijau tua) yang mengelilingi wilayah tersebut. Selain itu, beberapa tempat di sekitarnya pun sudah dijaga ketat oleh pasukan-pasukan khusus.
Berbagai Foto Korban yang Tak Layak Tersebarluaskan
Setelah sadar akan keadaan, banyak siswa yang segera mengecek keadaan melalui berita dan media sosial. Banyak foto bahkan video-video yang mengenaskan yang diterima para siswa yang mereka dapatkan dari jejaring internet tanpa dilakukan sensor sama sekali.
Mereka yang melihatnya memang melihatnya dengan rasa ngeri, tetapi yang terpenting seharusnya kita mampu menghargai pihak keluarga korban dengan tidak mem-forward ataupun re-forward foto dan video yang tidak baik disebarkan tanpa sensor tersebut.
Memperkirakan Target Selanjutnya
Siswa sekolah-sekolah lain yang berada di sekitar Jakarta Pusat juga dipulangkan, seperti Santa Maria Djuanda yang berada dekat dengan Istana Negara, dan beberapa sekolah lainnya.
Ada yang menganggap ini merupakan teror untuk Jakarta sehingga tersebar # Pray For Jakarta, padahal hanya Sarinah yang terkena teror. Berbagai media sosial pun segera menyebarkan tempat-tempat yang dianggap sebagai ancaman berikutnya, ancaman bagi negara ataupun bagi pusat-pusat pembelajaran lainnya. Padahal, berita tersebut belum tentu benar karena tidak berasal dari pihak yang berwenang. Memang sudah sebaiknya kita waspada, tetapi jangan berlebihan sehingga menyebarluaskan berita-berita kaleng yang tidak benar dan merugikan pihak-pihak lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H