Lihat ke Halaman Asli

Niliki Wong Loro

Diperbarui: 13 Oktober 2020   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

republika.co.id

Siapa yang tau adat ini? atau siapa yang pernah menjadi orang diatas?

Yap, itu adalah budaya jawa yaitu "niliki" atau "tilik". Budaya jawa ini adalah budaya menjenguk orang sakit di rumah maupun di rumah sakit secara berbarengan dengan tetangga ataupun kerabat dekat. 

Tetapi budaya tilik tidak hanya untuk menjenguk orang sakit, terkadang tilik atau meniliki bisa juga untuk menjeguk seseorang yang habis memiliki bayi dan lainnya. 

Niliki atau tilik ini mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa dalam keadaan baik-baik saja, terutama untuk mengkuatkan tali silahturami. Dan budaya asal jawa ini juga diangkat menjadi film pendek yaitu "tilik" karya Wahyu Agung Praseyo, film tilik ini menceritakan sejumlah ibu-ibu yang akan menjenguk tetanga yang sakit di rumah sakit. 

Dilihat dari komunikasi budaya, hofstede memiliki pandangan 5 dimensi. Salah satunya adalah kolektivisme yang menggambarkan budaya ini, kolektivisme menekankan anggota kelompok dan individu secara emosional dan dalam beberapa kasus secara fisik tergantung pada organisasi dan lembaga. 

Kolektivisme jelas-jelas terlihat dari mereka rasa empati yang besar dan rasa kebersamaan yang saling menjaga. Mereka juga memiliki kesiapan saling membantu satu sama lain bila ada yang kesulitan, mereka karena besar di lingkungan yang melindungi dan memiliki kehangatan tersendiri didalamnya. Yang menjadikan mereka memiliki tingkat rasa empati sekaligus simpati yang besar. 

Saat melakukan aktivitas menjenguk atau dalam bahasa jawanya yaitu tilik. Mereka cenderung suka berbincang-bincang mengenai banyak hal, seperti basa-basi. Atau dalam materi tentang dimensi hall seperti high-contecs culture yang berbicara tidak langsung pada pointnya dan lebih ke basa-basi.

Jadi peristiwa tilik di adat jawa, menggambarkan kolektivisme atau adat saling membantu atau peduli satu sama lain. Juga high-contecs culture dimana orang Indonesia senang bertele-tele saat berbicara, dan inilah peristiwa budaya yang terjadi di Indonesia.

Daftar Pustaka: 

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication Between Cultures Ninth Edition. Boston: Cengage Learning




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline